Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang tinggal menghitung hari, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) memasuki pekan pendek. Pelaku pasar mesti cermat memilah saham untuk trading dan investasi dengan hanya tiga hari perdagangan pada pekan ini.
Masa efektif perdagangan hanya pada Senin - Rabu (5, 6 dan 7 Februari). Dalam kalender libur bursa, Kamis (8/2) akan libur memperingati Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pada Jumat (9/2) ada cuti bersama Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya melihat momentum pekan pendek berpotensi membuat transaksi di pasar saham cenderung sepi. Meski begitu, volatilitas bisa tetap tinggi lantaran pelaku pasar akan mencerna data-data ekonomi yang banyak rilis pada pekan ini.
Dari dalam negeri ada Produk Domestik Bruto (PDB) dan cadangan devisa Indonesia. Sedangkan dari global, investor menanti komentar pejabat The Fed dan data manufaktur Amerika Serikat.
Baca Juga: Saham Grup Barito Jadi Pemberat IHSG, Saatnya Beralih ke Saham Bluechip Konvensional?
"Rilis data ekonomi bisa jadi katalis yang membuat volatilitas di pasar, meskipun secara nilai transaksi dan volume bisa cenderung rendah," ungkap Cheril kepada Kontan.co.id, Minggu (4/2).
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan juga memperkirakan pekan pendek ini berpotensi memicu sikap wait and see pelaku pasar. Menurut Valdy, sentimen utama yang memengaruhi IHSG akan didominasi dari dalam negeri, terutama rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan kembali ke atas 5% (YoY) pada kuartal IV-2023, sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 diyakini berada di atas 5%. Valdy melihat potensi rilis data PDB pada awal pekan bisa menjadi game changer, khususnya jika hasilnya sesuai atau berada di atas ekspektasi.
Sementara dari eksternal, pasar turut menantikan rilis inflasi China dan Jerman yang dijadwalkan pada Kamis dan Jumat.
"Ada kemungkinan aktivitas di pasar menurun karena pekan pendek dan kecenderungan pasar untuk wait and see terhadap data-data ekonomi eksternal," ungkap Valdy.
Sebagai perbandingan, IHSG akan mengawali pekan ini dari posisi 7.238,78. Sepanjang pekan lalu, IHSG menanjak 1,42%. Kenaikan IHSG itu sejalan dengan aliran dana dari investor asing (capital inflow) yang mencatatkan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 4,89 triliun.
Sentimen Pemilu & Pilpres
Pengamat pasar modal CSA Insitute David Sutyanto memandang investor asing berpotensi melanjutkan capital inflow, namun dengan nilai yang lebih terbatas.
Di samping karena terpangkas hari libur di pekan pendek, David menyoroti bahwa sentimen Pemilu & Pilpres yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024, bakal membayangi pasar dalam sepekan ke depan.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Melemah Bulan Ini, Deretan Saham Berikut Layak Dilirik
David pun merujuk pada hasil survei dari Capital Sensitivity Analysis (CSA) Index untuk bulan Februari 2024.
"Terlihat dari hasil CSA Index dimana pelaku pasar masih menunggu hasil Pemilu sebelum melaksanakan rencana investasinya," ujar David.
Adapun, dari data yang dikumpulkan pada 16 - 29 Januari 2024, CSA Index Februari berada di level 59,7 yang mengindikasikan penurunan tingkat optimisme dibandingkan bulan Januari yang mencapai angka 83,7. Indikasi penurunan gairah pelaku pasar ini terutama didorong oleh Pemilu & Pilpres dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Merujuk CSA Index Februari, pelaku pasar melihat ketidakpastian akibat Pemilu & Pilpres cukup tinggi. Apabila selesai dengan satu putaran, maka akan cenderung menjadi hal positif, sehingga pelaku pasar dapat segera mengalokasikan asetnya menyesuaikan dengan hasil Pilpres.