Reporter: Namira Daufina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sepanjang pekan ini rupiah masih mencatatkan pelemahan di hadapan USD. Salah satu penekan utamanya adalah gonjang-ganjing Yunani yang tidak juga berujung.
Di pasar spot, Jumat (3/7) nilai tukar rupiah terhadap USD menguat 0,13% ke level Rp 13.320 dibanding hari sebelumnya namun dalam sepekan rupiah masih terkikis 0,09%. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia rupiah Jumat (3/7) masih unggul 0,15% di level Rp 13.316. Begitu pun dalam sepekan terakhir masih melesat 0,16%.
David Sumual, Ekonom Bank BCA menuturkan bahwa kepastian Yunani default pada Selasa (30/6) lalu yang diikuti dengan penantian hasil referendum Yunani pada Minggu (5/7) mendatang, memicu pelemahan rupiah. Hal ini terjadi karena investor berbondong-bondong melarikan dananya untuk berlindung kepada safe haven seperti USD.
Sedangkan dari sisi domestik, “indeks kepercayaan konsumen (IKK) Juni 2015 yang melorot menyeret posisi rupiah,” kata David. Berdasarkan rilis data Bank Indonesia Kamis (2/7) IKK Juni 2015 turun 1,5 poin dari bulan sebelumnya menjadi 111,3. Namun, rupiah sedikit tertopang oleh rilis data inflasi Rabu (1/7) di mana kenaikan inflasi Indonesia Juni 2015 tidak setinggi prediksi 7,41% yakni bertengger di level 7,26% (YoY).
“Ini yang membuat rupiah di akhir pekan ditutup menguat sekaligus memanfaatkan momentum pelemahan USD,” jelas David. Index USD sendiri Jumat (3/7) turun 0,23% ke level 95,89 akibat rilis data ekonomi yang kurang memuaskan. Seperti merosotnya non farm payroll Juni 2015 ke level 223 ribu dari sebelumnya 254 ribu serta klaim pengangguran mingguan yang menggembung dari 271 ribu menjadi 281 ribu.
Dugaan David hasil referendum Yunani Minggu (5/7) akan menjadi penentu pergerakan rupiah sepanjang pekan depan. “Selain melihat hasilnya juga perlu berkaca dari reaksi atas hasil tersebut,” paparnya.
Jika nantinya hasil referendum menolak atau menerima reformasi ekonomi dan pasar bereaksi negatif dengan gejolak yang dirasakan oleh negara-negara tetangga seperti Italia dan Spanyol, maka rupiah bisa makin terseret. Sedangkan jika reaksinya positif dan tidak mengganggu perekonomian Eropa dan global, rupiah berpeluang menguat.
“Faktor penggerak utama dari eksternal karena internal minim data sepanjang pekan depan,” tutur David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News