kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,51   -0,21   -0.02%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pejabat Otorita IKN Mundur, Apa Dampaknya Bagi Emiten Konstruksi?


Rabu, 05 Juni 2024 / 20:51 WIB
Pejabat Otorita IKN Mundur, Apa Dampaknya Bagi Emiten Konstruksi?
ILUSTRASI. Alat berat dioperasikan untuk pembangunan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (22/9/2023). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua pemimpin Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mundur dari jabatannya. Hal ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian atas kelangsungan proyek IKN dan menyebabkan dampak negatif ke emiten konstruksi yang tengah mengerjakan proyek IKN.

Asal tahu saja, Bambang Susantono resmi mundur dari jabatannya sebagai Kepala OIKN. Sementara, Dhony Rahajoe juga mundur dari jabatan Wakil Kepala Otorita IKN.  

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, mundurnya beberapa petinggi otorita IKN menimbulkan ketidakpastian mengenai kelanjutan proyek. 

“Namun, proyek IKN masih menjadi sentimen utama di sektor konstruksi, karena potensinya yang besar terhadap kinerja para emiten,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (5/6).

Baca Juga: Tuntaskan Divestasi Aset Libya, Begini Rekomendasi Saham Medco Energi (MEDC)

Terkait kinerja emiten konstruksi secara keseluruhan, Sukarno masih menjagokan emiten konstruksi swasta dibandingkan emiten BUMN Karya.

Prospek kinerja emiten konstruksi secara keseluruhan diprediksikan bisa membaik dalam jangka panjang. Faktor pendukungnya adalah percepatan pembangunan IKN, pertumbuhan ekonomi yang moderat, hingga peningkatan permintaan untuk proyek infrastruktur. 

Selain itu, pembangunan infrastruktur lainnya, seperti jalan tol, bandara dan, pelabuhan. 

“Sentimen negatif bisa datang dari kenaikan harga bahan baku, keterlambatan pembayaran proyek oleh pemerintah, dan persaingan antar emiten konstruksi yang semakin ketat,” paparnya.

Sukarno pun merekomendasikan trading buy untuk NRCA dengan target harga Rp 350 - Rp 360 per saham. Sementara, investor diminta wait and see terlebih dulu untuk emiten BUMN Karya.

“Jika sudah mulai ada indikasi sinyal transisi dan sentimen positif mulai bermunculan, baru bisa akumulasi beli PTPP dan ADHI,” ujarnya.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, perubahan kepala dan wakil OIKN akan menimbulkan pertanyaan di pasar terkait keseriusan seluruh stakeholder dalam melanjutkan pembangunan IKN.

Baca Juga: Kinerja Tertekan pada Awal Tahun, Begini Rekomendasi Saham INDY dari Analis

Pembangunan IKN harus dilakukan secara berkesinambungan, sehingga prosesnya harus progresif. Jika hal sebaliknya terjadi, akan menjadi sentimen negatif kepada emiten konstruksi.

“Meskipun begitu, pasar tetap berharap pembangunan IKN tetap berjalan sesuai dengan roadmap yang sudah direncanakan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (5/6).

Di sisi lain, Nafan melihat sebagian besar kinerja saham emiten konstruksi masih mengalami penurunan. Apalagi, ACST, WIKA, dan WSKT masih mengalami arus kas yang negatif.

“Sentimen ke emiten BUMN Karya kinerjanya juga masih negatif mengingat masih ada masalah restrukturisasi utang. Wacana peleburan emiten BUMN Karya juga masih membuat pasar wait and see,” tuturnya.

Alhasil, Nafan pun belum memberikan rekomendasi untuk saham emiten konstruksi.

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, pergantian pejabat OIKN lebih berdampak ke emiten BUMN Karya yang memiliki proyek IKN yang porsi pengerjaannya besar.

Di sisi lain, arus kas dari emiten BUMN Karya harus tetap dijaga, mengingat tanggung jawab untuk menyelesaikan proyek IKN tetap diperintahkan oleh Pemerintah.

“Tapi, di sisi lain mereka harus menjaga arus kas agar tetap baik kinerjanya, bahkan bisa menguntungkan para pemegang saham. Apalagi, mengerjakan proyek itu juga tetap butuh modal kerja,” ungkapnya.

Meskipun begitu, Reza masih melihat proyek IKN sebagai sentimen positif untuk emiten konstruksi, khususnya BUMN Karya. Asalkan, proyek tersebut tetap bisa membuat arus kas para emiten terjaga.

“Kalau tidak, tak hanya emiten yang dirugikan, tetapi juga investor publik. Percuma jika nilai proyek yang dipegang besar, tetapi tidak mampu melancarkan arus kas,” tuturnya.

Reza juga belum memberikan rekomendasi untuk emiten konstruksi swasta maupun BUMN Karya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×