Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyematkan outlook negatif bagi tiga emiten yang bergerak di sektor properti pada Kamis (18/5). Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Intiland Development Tbk, PT Agung Podomoro Land Tbk, dan PT Modernland Realty Tbk.
Direktur Pefindo Hendro Utomo memaparkan indikator-indikator yang menjadi pertimbangan tim pemeringkat. Secara garis besar, ia bilang Intiland dan Modernland bermasalah dengan kinerja keuangan yang performanya kurang memuaskan.
Outlook negatif dengan peringkat "idA-" dipertahankan untuk PT Intiland Development Tbk (DILD) sebagai antisipasi jika profil keuangan perusahaan tak kunjung mengalami perbaikan dalam beberapa kuartal ke depan. Terutama, terkait arus kas atas dana dari opersi terhadap utang.
Peringkat idA- sendiri mencerminkan posisi DILD yang kuat di industri properti, kualitas aset yang baik, dan cadangan lahan yang cukup besar. Hanya saja, masih terbentur oleh struktur permodalan yang agresif dan proteksi arus kas yang lemah, marjin relatif rendah dibanding perusahaan lain, serta risiko bisnis yang terbilang tinggi.
"Prospek outlook direvisi menjadi stabil akan mungkin jika Intiland memperbaiki struktur modal dan proteksi arus kas secara berkelanjutan," jelas Hendro, Kamis (18/5).
Sementara itu, PT Modernland Realty Tbk yang banyak mengelola pengembangan properti residensial, kawasan industrial, dan sektor perhotelan masih bertahan dengan peringkat "idA".
Hendro menjelaskan, peringkat tersebut diberikan karena cadangan lahan MDLN yang besar, baiknya kualitas aset, dan marjin keuntungan yang terjaga. Meski demikian, MDLN masih dihadapkan dengan risiko dari pengembangan proyek baru di lokasi baru.
Hendro bilang, outlook bisa diperbaiki menjadi stabil apabila MDLN mencapai target pendapatan dari beberapa proyeknya yang sedang berjalan, seperti Jakarta Garden City (JGC) dan Modern Cikande Industrial Estate (MIE). "Hal itu bisa dilakukan sambil Modernland membenahi struktur permodalan dan proteksi arus kas secara kontinu.
Terakhir, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), mendapatkan peringkat perusahaan dan obligasi sama dengan DILD yakni "idA-" dengan outlook negatif. Pertimbangan terbesarnya adalah terkait dengan proyek reklamasi Pulau G. Pasalnya, proyek yang ditangguhkan tersebut dapat berdampak secara materi pada prospek keuangan APLN.
Hendro menyarankan pihak APLN untuk segera menyelesaikan penyempurnaan izin yang masih belum terpenuhi salah satunya analisis dampak lingkungan (AMDAL). "Outlook bisa direvisi jadi stabil jika kepastian keberlangsungan proyek reklamasi Pulau G," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News