Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Perusahaan pemeringkat surat utang Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) tengah memproses mandat pemeringkatan obligasi dari 25 emiten.
"Ada mandat Rp 37,7 triliun dari berbagai institusi," kata Presiden Direktur Pefindo, Salyadi Saputra saat konferensi media gathering Pefindo, Senin (24/7). Salyadi melanjutkan, dari semua sektor yang sedang menunggu pemeringkatan, paling banyak adalah emiten dari sektor konstruksi dan infrastruktur.
Berdasarkan data dari Pefindo, dari sisi besaran nominal, mandat dengan nilai emisi terbesar adalah sektor pembangkit tenaga listrik dengan rencana obligasi sebesar Rp 10 triliun dan diikuti oleh sektor pelabuhan sebesar Rp 5,5 triliun. Sedangkan sektor dengan nilai emisi terendah adalah perikanan dengan nilai emisi Rp 100 miliar dan sekuritas serta trading yang masing-masing di angka Rp 300 miliar. "Kita lihat realisasinya nanti seperti apa," kata Salyadi.
Untuk pembangkit listrik, kemungkinan terbesar obligasi yang dimaksud Salyadi adalah sekuritisasi aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya pada Agustus mendatang dengan target dana Rp 10 triliun yang dikerjakan oleh Indonesia Power, anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara.
Tak hanya itu sektor lain yang juga menunggu hasil pemeringkatan obligasi Pefindo berasal dari farmasi, logistik, perikanan, perkebunan, sekruitas, transportasi dan trading.
Dengan penambahan dari emiten-emiten tersebut, Pefindo memproyeksikan penerbitan obligasi pada 2017 dapat mencapai angka Rp 119,6 triliun. Menurut hitungan Pefindo, obligasi jatuh tempo tahun ini sebesar Rp 87,2 triliun.
Tahun lalu, penerbitan obligasi mencapai Rp 114,1 triliun dan jatuh tempo Rp 50,7 triliun. "Sisa tahun 2017, sampai pertengahan tahun sudah on track bahwa penerbitan obligasi bisa lebih tinggi dari tahun kemarin," kata Salyadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News