kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasca pilpres, MI agresif putar portofolio


Senin, 14 Juli 2014 / 20:18 WIB
Pasca pilpres, MI agresif putar portofolio
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA.  Pasca pemilihan Presiden,  manajer investasi kian agresif memutar portofolio.  PT Bahana TCW Investment Management,  misalnya, memutar portofolio mereka dengan memilih saham-saham berkapitalisasi besar.

Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan pihaknya mulai menerapkan strategi tersebut saat pasar bearish.  Dus, saham tersebut akan diuntungkan saat pasar naik pasca pengumuman pilpres nanti.

"Kalau masuk setelah pengumuman KPU (Komisi Pemilihan Umum), maka sudah terlambat.  Karena itu harus berani taking risk dan kami masuk saat pasar bearish, " kata Budi Hikmat,  Jakarta,  Senin (14/7).

Pasalnya,  saat ini pihaknya meyakini calon Presiden Joko Widodo bakal memenangi Pilpres.  Hal tersebut terlihat dari data quick count yang dirilis lembaga terpercaya seperti Litbang Kompas dan RRI mengindikasikan bahwa Joko Widodo lebih unggul dibandingkan calon presiden lainnya yakni  Prabowo.

"Selain itu,  dari partai koalisi kubu Prabowo sudah goyang," kata dia.

Nah, Budi menambahkan, calon Presiden Joko Widodo cenderung disukai asing sehingga berpeluang terjadi capital inflow dan pasar modal mengalami kenaikan.

"Kami masuk ke saham-saham perbankan,  infrastruktur dan konsumer," ujar dia.

Sedangkan untuk obligasi,  pihaknya memilih obligasi korporasi yang memiliki likuiditas besar.  "Kami juga melakukan  analisis credit risk untuk mencegah obligasi gagal bayar, " ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×