Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertengahan Agustus silam, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan dua anak usahanya mengumumkan kejadian kahar. Kahar terjadi akibat ketinggian air Sungai Kedang Kepala tidak cukup bagi kapal untuk dapat beroperasi.
Akibatnya, BYAN dan kedua anak usahanya tidak dapat memenuhi kewajiban kepada pelanggannya berdasarkan kontrak jual beli batubara.
Akan tetapi, status kahar ini kembali dicabut oleh BYAN pada 28 Agustus 2019 silam. BYAN mengumumkan kepada pelanggan bahwa keadaan kahar resmi berakhir pada 26 Agustus 2019.
Asal tahu saja, kondisi kahar juga pernah menimpa BYAN pada Maret 2019. Penyebabnya pun masih sama, ketinggian air Sungai Kedang Kepala yang menyusut sehingga kapal pengangkut tidak dapat beroperasi.
Di tengah kemerosotan harga batubara dan ancaman kahar, bagaimana prospek BYAN ke depan?
Baca Juga: Status kahar dicabut, Bayan Resource (BYAN) enggan berkomentar
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, kondisi kahar dapat berdampak negatif kepada kinerja BYAN.
Kahar, lanjut Sukarno, dapat menghambat proses distribusi batubara sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja BYAN.
Senada dengan Sukarno, Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony juga menilai keadaan kahar dapat mengganggu penjualan BYAN.
Meski demikian, Chris menilai BYAN masih memiliki prospek yang cukup menarik. “Di tengah penurunan batubara dan posisi air kahar, BYAN masih mencetak laba serta NPM (net profit margin) masih terjaga cukup baik meski menurun,” ujar Chris kepada Kontan.co.id, Kamis (5/9).
Di sisi lain, Sukarno menilai prospek BYAN hingga akhir 2019 tidak akan sebaik tahun lalu mengingat harga batubara saat ini cenderung dalam tren penurunan.
Kontan.co.id mencatat, pada semester satu 2019, BYAN membukukan laba yang diatribusikan ke entitas induk sebesar US$ 178,71 juta.
Baca Juga: Bayan Resources (BYAN) Resources mengaku dalam kondisi kahar