Reporter: Albertus M. Prestianta, Wahyu Satriani, Ruisa K | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Obligasi korporasi bisa menjadi salah satu instrumen prospektif untuk digenggam investor, tahun ini. Selain menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan obligasi negara, volatilitas surat utang korporasi juga relatif lebih rendah dibandingkan Surat Utang Negara (SUN).
Ariawan, analis obligasi Mega Capital Indonesia, menilai, ancaman inflasi akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL), bisa membuka peluang kenaikan bunga acuan alias BI rate.
Terkereknya BI rate bisa makin menekan harga SUN dan melejitkan yield surat utang. Investor tergiring mengalihkan dananya ke instrumen lain yang berimbal hasil lebih tinggi mengikuti kenaikan BI rate, seperti deposito.
Namun, efek sentimen inflasi ke obligasi korporasi diperkirakan tidak besar. "Pasalnya, obligasi korporasi relatif kurang aktif diperdagangkan di pasar sekunder," kata Ariawan, pekan lalu.
Pemegang obligasi korporasi kebanyakan memegang instrumennya hingga jatuh tempo. Berbeda dengan investor SUN yang lebih aktif mentransaksikan instrumennya di pasar sekunder.
Bagi para investor, mengalihkan portofolio ke obligasi korporasi bisa menjadi pilihan di tengah terus menukiknya harga SUN. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, porsi investor asing di obligasi korporasi per Februari 2012 senilai Rp 8,21 triliun, naik 5,24%. "Tertinggi sejak Agustus 2011," ujar Sekretaris Perusahaan IBPA Tumpal Sihombing.
Bagi korporasi yang hendak mengail modal dari pasar surat utang, bulan Maret ini boleh jadi menjadi kesempatan terakhir menerbitkan obligasi dengan ongkos murah.
Ezra N. Ridha, Vice President Head of Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia, mengungkapkan, April mendatang kemungkinan inflasi sudah mulai terkerek naik sehingga premi risiko yang diminta investor akan ikut menanjak. Sedangkan Maret ini, angka inflasi diperkirakan masih belum menggeliat naik.
Kenaikan inflasi akan melesatkan yield SUN. Karena yield acuan meningkat, otomatis kupon obligasi akan ikut naik. Biaya dana atawa cost of fund yang harus ditanggung emiten obligasi mau tidak mau menjadi lebih mahal.
Para emiten obligasi korporasi bisa berharap pada intervensi otoritas. Langkah Bank Indonesia (BI) dan pemerintah menahan harga SUN agar tidak volatile dan tergerus jauh, akan menahan yield SUN di kisaran rendah.
Ariawan memperkirakan, minat korporasi menjaring modal dari pasar obligasi masih tetap tinggi di tengah potensi kenaikan inflasi. "Emiten membutuhkan banyak dana untuk kebutuhan ekspansi di tahun ini," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News