Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar semen domestic diperkirakan masih berat tahun ini. Selain karena kondisi kelebihan pasokan (oversupply), industri semen tanah air juga menghadapi sentimen penyebaran virus Corona (Covid-19).
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) misalnya, membukukan penurunan volume penjualan hingga 36,7% menjadi 2,11 juta ton semen di periode Mei 2020.
Jika diakumulasikan secara year-to-date (ytd), Semen Indonesia (termasuk PT Solusi Bangun Indonesia Tbk atau SMCB) telah menjual 13,68 juta ton, turun 4.52% dari sebelumnya mencapai 14,33 juta ton.
Sementara penjualan anak usaha SMGR lain, yakni Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC) mencapai 853.689 ton, naik 6,79% secara tahunan.
Baca Juga: Saham LQ45 Mulai Mendaki Namun Valuasinya Masih Murah, Simak Daftarnya
Analis Danareksa Sekuritas Maria Renata menilai, turunnya volume penjualan SMGR yang terjadi di bulan Mei terutama disebabkan oleh momentum Idul Fitri, dan pandemi Covid-19.
Selain mengalami penurunan volume penjualan, SMGR juga kehilangan pangsa pasar di pasar domestik sepanjang periode Mei 2020. Pangsa pasar SMGR per Mei 2020 berada di level 49,3%, turun dari 53,6% di periode April 2020.
Maria masih mempertahankan proyeksi target volume penjualan SMGR tahun ini, Maria memperkirakan volume penjualan SMGR hingga akhir 2020 akan mencapai 39,78 juta ton atau turun 6,6% secara yoy.
Sebagai gambaran, volume penjualan konsolidasian PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencapai 42,61 juta ton semen pada tahun 2019.
Sehingga, realisasi penjualan SMGR sepanjang Mei 2020 mencapai 36,6% dari total proyeksi penjualan SMGR yang dipatok oleh Danareksa Sekuritas.
Baca Juga: Terpukul Covid-19, BI catat penjualan eceran pada April 2020 turun tajam
Selain itu, Maria juga menurunkan (downgrade) rekomendasi saham SMGR menjadi hold dengan target harga Rp 10.700 per saham.
“Kami juga memperkirakan penjualan semen tahunan yang akan melemah di Juni 2020 karena akan dibutuhkan banyak waktu untuk menyesuaikan dengan era 'normal baru' atau new normal,” papar Maria dalam riset, Rabu (10/6).
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin memperkirakan, outlook permintaan semen secara nasional di semester kedua akan lebih baik dibandingkan di semester pertama 2020.
Hal ini seiring dengan berakhirnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta yang dipercaya akan diikuti oleh daerah lain. Dengan demikian, Mimi berharap kegiatan ekonomi, termasuk sektor properti dan infrastruktur, secara bertahap akan kembali normal.
“Namun, dengan meningkatnya potensi perlambatan ekonomi, pertumbuhan permintaan semen mungkin tidak akan terlalu signifikan,” tulis Mimi dalam riset, Jumat (12/6).
Baca Juga: Harganya anjlok, saham-saham konglomerasi ini masih layak dikoleksi
Mimi memprediksi, tahun ini kinerja keuangan emiten semen akan lebih banyak didukung oleh efisiensi biaya dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan. Mirae Asset Sekuritas memperkirakan harga batubara akan tetap lemah pada tahun ini yang disebabkan pelambatan pertumbuhan ekonomi global.
Hal ini justru berimbas positif pada kinerja emiten semen, sebab dapat mendukung profitabilitas perusahaan semen di tahun 2020. Karena biaya/beban terkait energi berkontribusi sekitar 30%-40% terhadap biaya pokok pendapatan perusahaan semen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News