kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar SBN Indonesia berpotensi stabil saat pemilu


Minggu, 17 Februari 2019 / 16:25 WIB
Pasar SBN Indonesia berpotensi stabil saat pemilu


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) serentak semakin dekat. Walau bukan sebagai risiko utama, agenda politik ini dinilai tetap memberi dampak terhadap kondisi pasar obligasi Indonesia, khususnya pasar surat berharga negara (SBN).

Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono menjelaskan, pasar SBN Indonesia di tahun-tahun pemilu, baik 2019, 2014, atau 2009, sebenarnya memiliki kondisi yang mirip. Dalam hal ini, setahun sebelum pemilu berlangsung, pasar sempat mengalami gejolak berskala global.

Namun, jika berkaca pada dua pemilu terakhir, pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder justru bergerak stabil dan cenderung turun.

Ambil contoh pada pemilu 2014, berdasarkan pergerakan kurva yield yang dicatat IBPA, yield SUN 10 tahun berada di kisaran 8,4% per 31 Agustus 2013. Pada 16 Juli 2014 atau tak lama setelah pemilihan presiden digelar, yield SUN 10 tahun telah turun ke area 8%. Kemudian, per 31 Desember 2014, yield SUN 10 tahun kembali turun mendekati level 7,5%.

Dengan demikian, pemilu dipandang oleh para investor bukan sebagai risiko tambahan. “Karena dianggap bukan ancaman utama, saat tahun pemilu para investor cenderung meminta yield yang lebih rendah dibandingkan posisi di akhir tahun sebelumnya,” ungkap Wahyu ketika ditemui Kontan.co.id, Jumat (15/2) lalu.

Analis IBPA Roby Rushandie menambahkan, risiko politik di Indonesia memang akan meningkat seiring pelaksanaan pemilu presiden dan legislatif. Namun, risiko tersebut dianggap masih dalam kategori yang relatif aman.

Ini terlihat dari outlook risiko politik 2019 yang dirilis oleh Standard Chartered. Dari data tersebut, risiko politik di Indonesia masih dalam kategori medium. Beda dengan India yang risiko politiknya berada di level high ketika pemilu berlangsung di negara tersebut pada April-Mei mendatang.

Investor asing dinilai tidak menjadikan pemilu sebagai sentimen utama ketika berinvestasi di pasar SBN Indonesia. “Fokus investor asing diyakini akan tetap tertuju pada isu-isu berskala global, salah satunya kelanjutan perang dagang antara AS dan China,” kata Roby, akhir pekan lalu.

Senior VP & Head of Investment Rio Ariansyah menyampaikan, pasar SBN tetap berpotensi mengalami volatilitas seusai pemilu. Namun, volatilitas tersebut cenderung hanya berlangsung sesaat sebagai bentuk reaksi para pelaku pasar terhadap hasil pemilu. Baru setelah itu kondisi pasar akan kembali stabil.

Ia menyatakan, pada dasarnya tidak ada alasan bagi pasar SBN untuk mengalami koreksi berkepanjangan ketika pemilu selesai digelar. Sebab, para investor dinilai bisa menerima siapapun pemenang pemilihan presiden nanti. “Realisasi program kerja presiden terpilih akan lebih diperhatikan oleh para investor,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×