kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar saham, obligasi, dan emas tertekan di kuartal I, ini prospeknya pada kuartal II


Kamis, 01 April 2021 / 09:47 WIB
Pasar saham, obligasi, dan emas tertekan di kuartal I, ini prospeknya pada kuartal II
ILUSTRASI. Instrumen investasi cenderung membukukan pertumbuhan kinerja yang tipis, bahkan negatif.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Memasuki kedua 2021, Reza meyakini kondisi bisa perlahan membaik. Apalagi fase pemulihan sudah mulai terlihat dari aktivitas bisnis yang mulai kembali menggeliat, ditambah lagi vaksinasi juga terus berjalan. Dengan demikian, diharapkan aktivitas ekonomi ke depan bisa segera mulai normal kembali. Lebih lanjut, Reza berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan naik 4,9%-5,1%. 

Sementara untuk kinerja kelas aset investasi, Farash melihat baik pasar saham maupun obligasi akan tetap positif hingga akhir tahun nanti. Namun, untuk obligasi, ia menyebut potensi capital gain dari kenaikan harga cenderung terbatas dan lebih akan didukung oleh pembagian kupon untuk kinerjanya. Apalagi, inflasi juga relatif belum akan naik tinggi

“Kalau saham seharusnya on track memberi potensi return 10%-12% per tahun dalam jangka panjang karena valuasi juga tidak mahal. Tapi asumsi ini lebih baik dibandingkan dengan kinerja setahun terakhir yang tumbuh 31%. Saat itu kan, sebelum naik 31%, didahului koreksi pasar 30% terlebih dahulu, jadi istilahnya jangan take it for granted,” terang Farash.

Baca Juga: Harga emas stabil setelah mencatat penurunan 10% di kuartal pertama

Sementara Reza juga meyakini kelas aset saham akan jadi yang paling primadona. Terlebih ketika terjadi lagi penurunan suku bunga acuan dan tren suku bunga rendah seperti saat ini. Pasalnya, emiten akan lebih gencar dalam melakukan ekspansi bisnis mereka.

“Oleh karena itu, porsi alokasi saham harus diperbanyak. Penurunan ini menjadi momentum kita investasi jangka panjang di masa pemulihan ekonomi dengan porsi 50% di saham. Sisanya 30% bisa di pasar uang dan 20% di pendapatan tetap,” pungkas Reza.

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) menebar dividen Rp 32 per saham, simak jadwalnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×