kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.764.000   -15.000   -0,84%
  • USD/IDR 16.505   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.258   -123,50   -1,94%
  • KOMPAS100 886   -22,04   -2,43%
  • LQ45 692   -18,18   -2,56%
  • ISSI 198   -4,07   -2,02%
  • IDX30 362   -8,54   -2,31%
  • IDXHIDIV20 438   -7,77   -1,74%
  • IDX80 100   -2,74   -2,66%
  • IDXV30 107   -0,87   -0,81%
  • IDXQ30 119   -2,62   -2,16%

Pasar Saham Masih Tertekan, Reksadana Bisa DIpertimbangkan?


Jumat, 21 Maret 2025 / 13:43 WIB
Pasar Saham Masih Tertekan, Reksadana Bisa DIpertimbangkan?
ILUSTRASI. Di tengah volatilitas pasar modal yang terjadi sepanjang tahun ini, investor perlu selektif dalam memilih instrumen investasi yang sesuai untuk mencapai tujuan finansial. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal Indonesia masih dipenuhi ketidakpastian, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini tergambar dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus terkoreksi.

Chief Investment Officer PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) Stefanus Dennis Winarto mengatakan, pelemahan pasar saham disebabkan oleh sejumlah sentimen negatif, baik dari internal maupun internal. Dari dalam negeri, belum ada sentimen positif yang mampu menggairahkan pasar.

"Transaksi pasar saham cenderung sepi selama ramadan karena masyarakat cenderung akan menghabiskan uangnya untuk konsumsi," ujarnya di Jakarta, Rabu (19/3).

Dari luar negeri, pasar masih mencermati dampak kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Sebab, pengenaan tarif ini akan memicu aksi balasan dari mitra dagang utama yang berpotensi memicu kontraksi ekonomi dan bisa berakibat pada melemahnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tersebut.

Baca Juga: Perluas Penjualan Reksadana, Trimegah AM Gandeng Maybank Indonesia

Di tengah volatilitas pasar modal yang terjadi sepanjang tahun ini, Stefanus menilai investor perlu selektif dalam memilih instrumen investasi yang sesuai untuk mencapai tujuan finansial. Investor juga bisa menerapkan strategi diversifikasi di tengah kondisi pasar yang sedang bergejolak.

Menurut Stefanus, instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan yakni reksadana, khususnya reksadana pendapatan tetap.

"Reksadana pendapatan tetap sebagian besar berinvestasi pada obligasi, yang cenderung lebih stabil daripada saham," sebutnya.

Selain itu, ada beberapa reksadana pendapatan tetap yang memberikan pendapatan secara rutin kepada investor dalam bentuk dividen. Sehingga, instrumen ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan pasif.

Baca Juga: Dibanding Deposito dan Reksadana, Ini Keunggulan Investasi Sukuk Tabungan ST014

Reksadana pendapatan tetap juga dilihat masih menjadi primadona investor tanah air, yang tercermin dari nilai dana kelolaan (asset under management/AUM). Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), AUM reksadana pendapatan tetap mencapai Rp 148,59 triliun per Januari 2025, naik 1,2% dari akhir tahun 2024 sebesar Rp 146,47 triliun.

"Investor masih terus memilih aset investasi yang lebih defensive yaitu di reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap," terang Stefanus.

Bagi investor yang ingin menerapkan strategi diversifikasi, dia menilai bisa memilih reksadana campuran. Jenis reksadana ini mengalokasikan dana pada obligasi, saham, dan instrumen pasar uang, dengan ketentuan bahwa masing-masing instrumen tidak boleh melebihi 79% dari total portofolio.

Sementara itu, bagi investor yang mengutamakan keamanan dan likuiditas di tengah ketidakpastian pasar, reksadana pasar uang bisa jadi pilihan. Reksadana pasar uang berinvestasi pada instrumen jangka pendek seperti deposito dan obligasi jangka pendek yang mana memiliki volatilitas yang minim.

Selanjutnya: Sayuran yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Kolesterol secara Berlebihan

Menarik Dibaca: Sayuran yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Kolesterol secara Berlebihan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×