kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar saham dalam tren naik, net buy asing ke saham blue chip jadi pendorongnya


Senin, 04 Oktober 2021 / 06:19 WIB
Pasar saham dalam tren naik, net buy asing ke saham blue chip jadi pendorongnya
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Indonesia tengah berada dalam tren kenaikan akhir-akhir ini. Sejak tanggal 22 September 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bertahan di atas level 6.100.

Kemudian pada 30 September 2021, IHSG menembus level 6.200 dan masih bertahan dalam posisi tersebut hingga saat ini.

Performa positif IHSG ini sejalan dengan naiknya harga saham-saham blue chip. Kepala Riset FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, salah satu faktor pendorongnya adalah kembali masuknya arus dana asing ke pasar saham dalam negeri.

Menurut Wisnu, dalam beberapa pekan terakhir, investor asing banyak mengakumulasi saham-saham blue chip, terutama saham bank BUKU IV.

Baca Juga: IHSG diproyeksi melemah, simak pergerakan saham PGAS, WIKA, dan ADRO besok

Berdasarkan data RTI, saham lain yang banyak dibeli asing dalam seminggu terakhir adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Sebagai contoh, dalam sepekan, investor asing mencatatkan net buy di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp 1,38 triliun dan Rp 1,10 triliun di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Jumlah tersebut masing-masing setara 20% dan 24% dibanding net buy asing di pasar reguler yang secara year to date (ytd) sebesar Rp 7,04 triliun di BBRI dan Rp 4,52 triliun di BBCA.

Menurut Wisnu, BBRI diminati investor asing karena baru saja melakukan rights issue yang terbesar di Asia Tenggara sejak tahun 2009. "Investor asing melihat prospek yang cukup menarik pada saham BBRI. Begitu juga dengan BBCA yang akan melakukan stock split," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/10).

Wisnu menuturkan, pengaruh asing untuk mendorong laju IHSG masih cukup besar meski jumlah investor retail tumbuh pesat belakangan ini. Pasalnya, asing mengincar saham-saham blue chip yang bobot 15 saham teratasnya saja sudah lebih dari 50% bobot IHSG.

 

Di sisa akhir tahun ini, Wisnu masih melihat peluang kenaikan pada saham-saham blue chip tersebut. Meskipun dalam jangka waktu yang sangat pendek, ada risiko koreksi, mengingat IHSG sempat naik tinggi 2,02%.

Baca Juga: Diramal melemah, ini sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG pekan depan

Wisnu menjelaskan, ada sejumlah sentimen yang menjadi pendorong kenaikan saham-saham tersebut. "Mulai dari aksi window dressing, belanja pemerintah yang makin gencar di kuartal IV 2021, serta kasus Covid-19 yang semakin turun sehingga perputaran roda ekonomi bakal semakin kencang," tutur Wisnu.

Pelaku pasar juga optimistis bahwa iklim bisnis dan perekonomian Indonesia akan semakin membaik pada kuartal IV 2021. Hal itu terlihat dari indeks manufaktur Indonesia yang sudah kembali ke level ekspansif, tepatnya di 52,2 pada September 2021.

Meskipun begitu, ada juga beberapa sentimen negatif yang membayangi IHSG. Mulai dari kebijakan tapering off Amerika Serikat (AS), potensi government shutdown akibat utang AS yang sudah melebihi plafon, kenaikan kasus Covid-19 di kawasan regional, hingga terganggunya mata rantai pasokan global yang dapat menghambat pemulihan ekonomi.

Wisnu menyebutkan, saham-saham yang masih memiliki potensi kenaikan harga adalah saham perbankan seperti BBRI, BBCA, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Secara historis, saham barang konsumsi seperti ICBP dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga akan naik seiring aksi window dressing. Kemudian, ASII masih menarik karena ada sentimen pelonggaran PPnBM.

Selanjutnya, saham-saham produsen crude palm oil (CPO) juga diprediksi akan turut terkena efek positif kenaikan harga CPO sejalan dengan Eropa yang sudah tidak malu-malu lagi membeli CPO, sebab menghasilkan emisi karbon yang lebih minim dibandingkan minyak lainnya.

Wisnu memilih PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DNSG), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebagai saham-saham CPO pilihan teratasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×