Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Investor asing terus memburu obligasi negara berkembang (emerging market). Alhasil, indeks obligasi dollar Amerika Serikat (AS) di negara berkembang terus meroket.
Tahun 2017 pun menjadi tahun emas indeks obligasi dollar AS di emerging market. Pada 30 Desember 2016, indeks obligasi dollar di emerging market masih bertengger di level 1.013,32.
Namun secara year to date (ytd), per Jumat (28/7) pekan lalu indeks obligasi dollar AS emerging market naik 5,98% jadi 1.073,91. Pada 21 Juli, indeks ini bahkan menyentuh level tertinggi sepanjang masa di angka 1.074,26.
Bandingkan dengan indeks obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US treasury yang berada di level 2.193,20 pada Jumat (28/7) pekan lalu, hanya tumbuh 2,05% secara ytd. Wajar, jika investor asing lebih menyukai pasar obligasi negara berkembang.
I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Securities, bilang, indeks obligasi dollar AS negara berkembang sempat tertekan gara-gara asing keluar saat The Fed pertama kali mengerek suku bunga di 2017. Kenaikan bunga ini dikhawatirkan mengangkat yield US treasury.
Tapi di sisi lain, investor juga mencari return yang menarik dan cukup tinggi pada emerging market. Sehingga, beberapa investor mulai tertarik dan kembali masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia, kata Made.
Terlebih, imbal hasil US treasury cenderung turun. The Fed tahun ini sudah menaikkan suku bunga sebanyak dua kali. Memang, yield US Treasury sempat naik.
Tetapi, kenaikan yield tidak berlangsung lama dan kembali ke tren penurunan. Sementara di emerging market, imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi dan menarik investor.
Di kawasan Asia, Made menyebut Indonesia dan India menjadi negara yang memiliki yield obligasi cukup tinggi. Selisih yield surat utang pemerintah bertenor 10 tahun di Indonesia lebih tinggi 4,65% dari yield US treasury.
Negara lain yang memiliki imbal hasil di atas US Treasury adalah India dengan yield spread sebesar 4,19%, lalu Malaysia 1,68%, dan China 1,33%.
Hingga akhir tahun, obligasi dollar di emerging market masih atraktif. Tapi, Made mengingatkan, bila bank sentral menaikkan bunga ketiga dengan cepat, investor asing bakal menarik dana keluar dari pasar berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News