Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Tren kenaikan harga pasar obligasi sepanjang 2012 sangat signifikan. Seri benchmark bertenor 10 tahun, jika dihitung dari akhir tahun lalu sudah naik lebih kurang 1.000 basis poin (bps). Apakah kondisi yang sama bakal berlanjut tahun depan?
Tahun 2012, kenaikan peringkat surat utang pemerintah Indonesia oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody's, turut menopang lonjakan kenaikan harga obligasi pemerintah.
Analis Obligasi Sucorinvest Central Ghani, Ariawan mengamati sepanjang 2012, investor asing masih sangat berminat terhadap Surat Utang Negara (SUN). "Hal ini terlihat dari kepemilikan asing yang sudah naik menjadi Rp 269,97 triliun," ujar Ariawan kepada KONTAN, Rabu (26/12). Dibandingkan akhir tahun lalu, angka ini sudah bertambah Rp 47,1 triliun, menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan utang Negara (DJPU).
Analis Obligasi MNC Asset management, Akbar Syarif juga bilang, walaupun asing sempat keluar banyak saat ada sentimen negatif dari global, tapi saat yield sudah naik, mereka masuk lagi untuk ambil posisi. "Sehingga harga dan yield obligasi pemerintah masih terjaga," kata Akbar, rabu (26/12).
Akbar juga melihat maraknya penerbitan seri-seri SUN baru juga telah menaikkan volume transaksi perdagangan per hari di tengah volatilitas yang tinggi. "Bank Indonesia yang masih menahan tingkat suku bunga di level rendah menjadikan investor tertarik masuk pasar obligasi," tambah Akbar.
Masalah UMR dan BBM
Di tahun 2013, Ariawan memprediksi sentimen global tidak akan berpengaruh banyak terhadap ketahanan pasar obligasi domestik. "Paling hanya menekan di awalnya saja," prediksi Ariawan.
Pasar Obligasi Indonesia ke depan, lanjutnya, akan tertahan oleh perkembangan kenaikan harga BBM dan naiknya upah minimum regional (UMR). "Yang tentu saja akan mengancam tingkat inflasi," paparnya.
Jika pun harga BBM dan UMR naik, Ariawan berpendapat tingkat suku bunga kemungkinan baru akan naik lagi di akhir tahun 2013. "Itu juga kemungkinan hanya 25 bps," katanya.
Sementara Akbar berpendapat, meski tahun 2013 inflasi berpeluang naik, BI masih akan mempertahankan tingkat suku bunga di level sekarang, 5,75%. "Kebijakan yang mungkin diambil BI adalah dengan menaikkan FASBI (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia)," ujar Akbar. Saat ini level FASBI di 4%. Akbar memprediksi kemungkinan BI mengangkatnya ke level 5%-5,25% untuk menahan likuiditas bank.
Kurangnya Sentimen
Akbar dan Ariawan sepakat bahwa tahun depan lonjakan harga dan penurunan yield obligasi pemerintah tidak semeriah tahun ini. Hal ini karena kurangnya sentimen positif dari domestik.
"Biar pun pemeringkat Standard & Poor menaikkan peringkat SUN tahun 2013, dampaknya tidak akan besar," lanjut Akbar. D
Di tahun 2013, SUN seri acuan yang baru seperti FR0063 bertenor 11 tahun, FR0064 bertenor 16 tahun, FR0065 tenor 21 tahun dan FR0066 tenor 6 tahun akan menggantikan seri acuan lawas. "Yang membuat volume transaksi masih bisa lebih naik lagi," prediksi Akbar.
Namun, Akbar kembali mengatakan yield masing-masing seri tidak terlalu banyak turun lagi. "Seperti seri benchmark 10 tahun yang sekarang yield-nya di level 5,2%. Kemungkinan tahun 2013 batas penurunannya sampai 5%," hitungnya.
Adapun untuk harga, Ariawan memprediksi harga masing-masing seri SUN berpeluang naik 500 bps-700 bps di 2013. "SUN tenor panjang masing menjadi idola tahun 2013," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News