Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
Menurut Eri, saham-saham yang akan mencatatkan kinerja bagus adalah saham dari sektor-sektor yang sensitif terhadap pemulihan ekonomi. Sebut saja emiten perbankan besar dan infrastruktur telekomunikasi.
Perbankan besar diprediksi akan melanjutkan pemulihannya sehingga akan mendorong pertumbuhan bottom line. Sektor infrastruktur telekomunikasi juga masih akan menjadi favorit seiring dengan masih tingginya permintaan data dari masyarakat serta pengembangan jaringan seluler oleh operator telekomunikasi.
Tak ketinggalan, saham-saham pertambangan logam dan otomotif juga bisa menjadi pilihan. Pertambangan logam masih akan memperoleh sentimen positif dari kebijakan hilirisasi komoditas, sementara otomotif diuntungkan dengan dilanjutkannya insentif PPnBM. "Meskipun begitu, kedua sektor ini sifatnya lebih teknikal jadi bisa berubah dalam waktu yang lebih singkat," kata Eri.
Sektor new economy juga dinilai masih sangat menarik, mengingat ada perusahaan teknologi besar yang berencana melaksanakan initial public offering (IPO) pada 2022. Hal ini dapat meningkatkan antusias para pelaku pasar dan menarik investor luar negeri untuk masuk ke pasar saham Indonesia.
Head of Investment & Liabilities Bank Commonwealth Ivan Kusuma menambahkan, momen terbaik untuk masuk ke pasar saham sebenarnya adalah pada kuartal IV, yakni antara bulan Oktober-Desember. Akan tetapi, karena sudah lewat, maka kuartal I-2022 juga bisa menjadi momen yang baik untuk mulai berinvestasi.
"Dalam 20 tahun terakhir, kuartal I itu lebih banyak hijaunya dibanding merahnya. Mungkin bukan yang terbaik tapi still a good time untuk mulai berinvestasi," ucap Ivan. Menurutnya, upside di pasar saham Indonesia untuk tahun 2022 ini cukup menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News