kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar equity kebanjiran stimulus dan valuasi murah, MMI: Saatnya investor kembali


Kamis, 05 Maret 2020 / 19:08 WIB
Pasar equity kebanjiran stimulus dan valuasi murah, MMI: Saatnya investor kembali
ILUSTRASI. Market Outlook 2020 oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) di Jakarta (5/3/2020).


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan kian tertekan oleh sentimen persebaran virus corona, PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) justru sebut sekarang waktu yang tepat bagi investor untuk kembali masuk ke pasar equity. Apalagi, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini sudah masuk area bottom line atau cukup murah dikoleksi. 

Deputi CIO Mandiri Investasi Aldo Perkasa mengatakan, kekhawatiran akan sebaran virus Korona baik di global maupun domestik kompak menekan pasar keuangan. Hal ini tampak dari turunnya aset equity, dan pasar investor cenderung beralih ke safe haven seperti emas dan US Treasury.

Baca Juga: MNC Sekuritas memprediksi IHSG besok, Jumat (5/3) melemah

Sebaran virus Korona juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi China, di mana Aldo memperkirakan ekonomi Negeri Tirai Bambu berpotensi turun antara 1% hingga 1,5% jika sebaran virus berkelanjutan. Secara tidak langsung, ekonomi Tanah Air juga akan terdampak dengan potensi penurunan PDB berkisar 0,3% hingga 0,5% sebelum paket stimulus dirilis. 

"China juga berkontribusi 17% terhadap total pertumbuhan ekonomi global, di mana share perdagangan antara 25% hingga 30%. Sehingga di April 2020 tampaknya akan ada penurunan ekonomi 1% hingga 1,5% jika berlangsung panjang," jelas Aldo Kamis (5/3). 

Di sisi lain, dampak pelambatan ekonomi China juga berlanjut ke pelambatan investasi, di mana sebaran virus Korona membuat rencana-rencana investasi dari dan ke China melambat. Ditambah lagi, indeks PMI Negeri Tirai Bambu juga mencatatkan penurunan dari 50 menjadi 40 hingga 35 poin di Februari 2020.

Namun, Aldo menilai tekanan sentimen Korona ke pasar keuangan mulai berhasil tertahan. Hal ini didukung tren penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral global dan maraknya paket stimulus yang dikeluarkan oleh banyak negara termasuk Indonesia.

Baca Juga: IHSG diprediksi menghijau pada perdagangan Jumat (6/3), cermati saham-saham ini

Harapannya, berbagai upaya tersebut mampu membuat kondisi pasar ke depan rebound. Apalagi Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuannya satu kali lagi yakni 25 basis poin (bps), menyusul langkah The Fed yang lebih dulu memangkas 50bps suku bunga acuannya. 

Meskipun gitu, Aldo mengungkapkan untuk semester pertama pasar kecenderungan masih akan cukup volatile. Sembari memantau perkembangan virus Korona, harapannya di semester II-2020 pasar bisa kembali rebound.

"Dengan market yang potential slowdown, level valuasi di area bahwa, menurut kami ini level atraktif untuk mulai masuk. Apalagi, valuasi menarik juga membuat yield relatif turun," jelas Aldo. 

Baca Juga: IHSG melemah 0,21% ke 5.638 pada akhir perdagangan hari ini

Aldo memperkirakan IHSG tahun ini masih di kisaran 6.900 hingga 7.000 meskipun ada kemungkinan turun. Adapun untuk pergerakan surat utang diperkirakan akan cenderung terbatas, dengan level US Treasury di 1% atau spread sekitar 500bps, dia menilai ada kemungkinan yield SUN untuk tenor 10 tahun menyentuh level 6%.

"Kami lihat volatilitas jangka pendek masih tinggi, meskipun ada stimulus, sentimen Korona masih berkembang. Ke depan kami akan aktif trading, saat bond menyentuh 7% kita akan ambil tenor panjang," tandasnya.

Untuk investor jangka panjang, Aldo menekankan valuasi masih sangat menarik. Sedangkan untuk investor jangka pendek, perlu lebih hati-hati karena volatilitas masih akan tinggi.

Baca Juga: Ditekan sentimen virus corona, kinerja Mandiri Manajemen Investasi masih tumbuh

Menurutnya, butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk pasar bisa recovery penuh dari dampak Korona. Sedangkan bagi investor yang memiliki profil risiko rendah, disarankan untuk mengambil produk pendapatan tetap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×