Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Di tengah merosotnya permintaan batubara dunia, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih mampu meraih pertumbuhan volume penjualan batubara. Sepanjang Januari-September 2013, PTBA mampu menjual 13,24 juta ton batubara, tumbuh 17% dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 11,36 juta ton.
Milawarma, Direktur Utama PTBA menuturkan, kenaikan volume penjualan didorong oleh pertumbuhan segmen ekspor. Pada sembilan bulan tahun ini, PTBA memacu pertumbuhan penjualan ekspor hingga 36% menjadi 7,02 juta ton, dari kuartal III 2012 yang sebanyak 5,15 juta ton.
Taiwan tetap menjadi pasar utama batubara PTBA dengan kontribusi sebanyak 2,24 juta ton atau 36% dari total ekspor di akhir kuartal III 2013. India menjadi kontributor kedua, yakni 1,85 juta ton atau 26% dari total ekspor batubara PTBA.
China yang notabene penyerap batubara terbesar dunia hanya menyumbang 1,2 juta ton atau 17% dari total penjualan ekspor PTBA. "Sejauh ini sudah sesuai target sehingga kami tetap pada target penjualan awal yang sekitar 20 juta ton," ungkap Milawarma, Kamis (10/10).
Penjualan domestik sendiri hanya naik tipis, yakni dari 6,21 juta ton pada kuartal III 2012, menjadi 6,22 juta ton di periode sama tahun ini. Dengan begitu, porsi segmen domestik tercatat 47% dari total penjualan PTBA.
Produsen batubara milik pemerintah itu memang leluasa memacu penjualan seiring bertumbuhnya produksi maupun pembelian batubara. Di periode Januari-September 2013, volume produksi dan pembelian batubara PTBA naik 9% mencapai 13,27 juta ton dari periode sama tahun lalu yang 12,47 juta ton.
PTBA Unit Tanjung Enim menyumbang produksi 12,47 juta ton, sementara PT International Prima Coal (IPC) berkontribusi 0,8 juta ton batubara. Sisanya yang sebanyak 2,27 juta ton merupakan pembelian batubara dari pihak ketiga.
Pertumbuhan produksi dimungkinkan lantara PTBA rajin menggelar ekspansi. Tahun ini, PTBA mengucurkan belanja modal senilai Rp 2,5 triliun. Dana capital expenditure (capex) itu digunakan PTBA untuk beberapa ekspansi.
PTBA, misalnya, sedang menyelesaikan penambahan kapasitas pelabuhan batubara di Lampung dan Palembang. Saat ini, pelabuhan di Lampung, semisal, baru bisa melayani distribusi batubara sebanyak 13 juta ton per tahun.
PTBA ingin meningkatkan kapasitas distribusi itu menjadi 22 juta ton di 2013. PTBA berharap, pelabuhan Lampung bisa beroperasi penuh pada tahun depan. Penambahan kapasitas pelabuhan sangat penting untuk membantu PTBA mendorong volume penjualan ekspor batubara.
Penambahan kapasitas pelabuhan juga bakal mendorong efisiensi biaya pengiriman PTBA. Ketika belum diperluas, pelabuhan PTBA hanya bisa menampung kapal-kapal pengangkut batubara berukuran kecil dengan bobot kurang dari 150.000 ton.
Biaya angkut di pelabuhan (freight on board) kapal kecil berkisar US$ 14-US$ 15 per ton batubara. Ongkos ini jauh lebih mahal dari biaya angkut FOB kapal besar yang ditaksir US$ 11-US4 12 per ton batubara.
Dengan FOB yang lebih efisien, PTBA berharap, bisa memperkuat daya saing dengan produsen batubara lain, terutama yang berasal dari Australia. Pasalnya, produsen batubara di sana sudah berhasil menekan biaya FOB karena memiliki pelabuhan bongkar muat yang lebih luas.
Kemarin (10/10), harga PTBA naik 0,76% ke Rp 13.200 per saham. Konsensus analis yang disurvei Bloomberg menyebutkan, target harga saham PTBA ada di Rp 12.962 per saham. Sekitar 13 analis merekomendasikan buy, 11 hold dan 3 lainnya menyarankan sell saham PTBA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News