Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar Asia mengawali pekan ini dengan sentimen positif, didukung oleh pelemahan dolar AS, pemulihan pasar China, serta rotasi investor ke aset global.
Setelah sebelumnya banyak berinvestasi pada saham-saham unggulan Amerika Serikat (AS) yang berkinerja luar biasa tahun lalu.
Baca Juga: Harga Tren Naik, Analis Rekomendasi Beli Saham Baru Di Indeks MSCI Maret-Mei 2025
Fokus Pasar: Pertumbuhan Ekonomi Jepang
Salah satu agenda utama pekan ini adalah rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang untuk kuartal keempat.
Survei Reuters memperkirakan ekonomi Jepang tumbuh 1,0% secara tahunan, sedikit lebih rendah dibandingkan revisi pertumbuhan 1,2% pada kuartal Juli-September.
Penopang utama pertumbuhan ini adalah investasi bisnis, meskipun konsumsi domestik masih lemah.
Baca Juga: Obligasi Menjadi Pilihan Investor di Tengah Volatilitas Pasar
Dolar Melemah, Pasar Obligasi dan Mata Uang Asia Menguat
Dolar AS merosot ke level terendah dalam dua bulan terakhir, terutama karena penundaan implementasi kebijakan tarif pemerintahan Donald Trump.
Meski tujuan akhir kebijakan tarif ini belum berubah, prosesnya berjalan lebih lambat dari perkiraan analis, memberikan ruang bagi pasar untuk bernafas lega dan menekan dolar.
Dolar mencatat pelemahan selama empat hari berturut-turut, rekor terpanjang sejak Agustus lalu.
Sebagian besar mata uang negara berkembang menguat terhadap dolar sepanjang tahun ini, kecuali rupee India.
Di pasar saham, sentimen positif menyebar luas. Indeks MSCI Asia di luar Jepang melonjak 8% dalam sebulan terakhir.
Sementara Hang Seng Hong Kong mencatat kenaikan 20%, dan indeks teknologi Hang Seng naik 30%.
Baca Juga: Likuiditas Ketat Menekan Saham Bank, Cek Rekomendasi BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, BRIS
Saham Teknologi China Unggul atas Saham AS
Bank of America mencatat bahwa sejak pelantikan Donald Trump pada 20 Januari lalu, saham raksasa teknologi China—Baidu, Alibaba, Tencent, dan Xiaomi (BATX)—naik 22%, sedangkan saham "Magnificent Seven" AS stagnan di 0%.
Jeff Weniger, Kepala Ekuitas WisdomTree, menyoroti bahwa grup "Terrific Ten"—10 saham teknologi terbaik China—saat ini mengungguli kinerja "Magnificent Seven" AS.
Jika riset AI global menunjukkan bahwa China masih menjadi pemain utama dalam persaingan kecerdasan buatan (AI), tren ini berpotensi berlanjut.
Saat ini, valuasi saham China jauh lebih rendah dibandingkan saham AS. Bank of America mencatat kapitalisasi pasar BATX hanya mencapai $1 triliun, jauh di bawah "Magnificent Seven" yang mencapai $17 triliun.
Baca Juga: Berkat Deepseek, Pasar Saham China Kembali Diserbu Investor
Dinamika Industri Semikonduktor
Di sektor teknologi, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) dan Broadcom dilaporkan sedang mempertimbangkan kesepakatan bisnis yang dapat membagi Intel menjadi dua bagian, menurut laporan Wall Street Journal.
Dinamika Geopolitik: Perang Rusia-Ukraina dan Dampaknya terhadap Pasar
Perkembangan geopolitik seputar perang Rusia-Ukraina kembali menjadi perhatian investor.
Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menggelar pertemuan darurat dengan para pemimpin Eropa pada Senin (19/2) setelah pejabat AS mengisyaratkan bahwa Eropa tidak akan terlibat dalam negosiasi perdamaian, yang tampaknya akan dilakukan langsung antara AS dan Rusia.
Dari perspektif pasar, kemungkinan adanya kesepakatan damai, meskipun tidak sempurna, telah menekan harga minyak dan dolar AS, serta mendorong penguatan pasar saham Eropa.
Pasar Asia dan negara berkembang juga diperkirakan akan mendapatkan manfaat dari situasi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News