kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Paramitra Alfa Sekuritas: Sektor batubara masih cerah di tengah pelemahan rupiah


Minggu, 22 Juli 2018 / 19:15 WIB
Paramitra Alfa Sekuritas: Sektor batubara masih cerah di tengah pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Pekerja dengan Alat Berat di Penyimpanan Batubara


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi masih akan mendapatkan tekanan dari eksternal. Apalagi, belum ada bantalan positif yang mampu menahan tekanan indeks dalam negeri. Hal ini membuat investor harus lebih selektif dalam menentukan pilihan investasi.

Senior analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, pergerakah harga komoditas, serta kebijakan eksternal lain akan mempengaruhi pasar finansial. "Dalam waktu ke depan akan banyak tekanan rupiah, terkait kebijakan eksternal," kata William kepada Kontan.co.id, Kamis (19/7).

Namun, dia menilai ada satu sektor yang memiliki prospek kuat hingga akhir Juli, yakni sektor batubara. Menurut William, ketika rupiah sempat menyentuh Rp 14.500 per dolar AS, sektor batubara jadi yang paling diuntungkan.

"Sektor yang menarik sampai akhir Juli adalah tambang batubara. Bisnis yang punya basis ekspor besar sangat diuntungkan dengan rupiah yang melemah saat ini," kata William.

Di samping itu, permitaan batubara juga tengah meningkat, sehingga turut menjadi momentum bagi kinerja emiten sektor batubara berada di area uptrend. "Sampai saat ini hingga akhir bulan nanti, sektor batubara masih akan menarik," jelasnya.

Harga batubara pada Rabu pekan lalu menyentuh level tertinggi sejak Desember 2012, tepatnya di level US$ 114,85 per ton. Tapi, dalam dua hari perdagangan, harga komoditas energi ini turun ke level US$ 110 per ton, masih jauh lebih tinggi daripada harga rata-rata sepanjang 2018 yang ada di US$ 98,21 per ton.

Untuk emiten yang bisa menjadi pilihan investor ke depan, William merekomendasikan PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan target harga Rp 4.200 dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dengan target harga hingga akhir tahun Rp 800.

Jumat (20/7), harga saham INDY turun 1,20% ke Rp 3.280 per saham. Sedangkan harga saham MBSS menguat 1,74% ke Rp 585 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×