Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencatat net buy selama lima hari perdagangan berturut-turut. Tapi, jika dilihat sejak akhir tahun, investor asing masih mencatatkan penjualan bersih Rp 50,77 triliun. Padahal, IHSG hanya turun 7,32% secara year to date (ytd).
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas mengatakan, ini menunjukkan bahwa ketidakpastian masih membayangi IHSG. "Sehingga, untuk sekarang, cash is the king," kata Edwin, Rabu (18/7).
Menurut Edwin, pada kondisi saat ini, sebaiknya investor meenggenggam 60% portofolio dalam bentuk cash dan sisanya 40% untuk investasi. Dia mengatakan, kondisi pasar saat ini masih belum sepenuhnya menarik. Hal ini terutama disebabkan oleh sentimen asing.
Memang, faktor politik dalam negeri menjelang pemilihan umum tahun depan bisa menyebabkan pasar panas dingin. Tapi, Edwin menilai pasar sudah bisa mengkompensasi hal tersebut.
Dari sejumlah survei, posisi Presiden Joko Widodo masih cukup kuat dibanding calon lain, bahkan dengan tambahan koalisi. Artinya, pelaku pasar melihat Jokowi berpeluang besar kembali memenangkan pemilu untuk kemudian melanjutkan sejumlah kebijakannya.
Justru, sentimen asing yang bakal tetap dominan membayangi pasar, terutama perang dagang yang bisa merembet ke makroekonomi Indonesia. Perang dagang membuat barang-barang China tak bisa masuk ke pasar Amerika Serikat (AS). Imbasnya, barang tersebut belok membanjiri pasar Indonesia. "Impor meningkat, sehingga sejumlah neraca keuangan negara bisa terganggu" kata Edwin.
Selain perang dagang, sentimen negatif dari luar adalah kenaikan suku bunga Federal Reserve. Kenaikan Fed Fund Rate ini bisa memperkokoh nilai tukar dollar dan menekan rupiah. Ujungnya, dana asing keluar sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan.
Pada kondisi sekarang, Edwin menyarankan investor lebih hati-hati memilih saham. "Untuk saat ini, sebaiknya hindari saham sektor konstruksi, properti, dan perkebunan," imbuh Edwin.
Alasannya, sentimen positif di sektor konstruksi terkait masifnya pembangunan sudah habis. Sektor properti masih tertekan oleh sentimen suku bunga dan daya beli. Sedang sektor perkebunan masih tertekan sentimen harga komoditas terutama kedelai dan penambahan lahan.
Sebaliknya, pilih saham-saham yang ada di sektor komoditas khususnya batubara dan logam. Saham dari sektor telekomunikasi dan infrastruktur jalan raya pun masih layak untuk dilirik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News