Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan depan pemerintah bakal kembali menggelar lelang Surat Utang Negara. Para analis pun masih optimistis, lelang tersebut bakal kembali banjir peminat.
Seperti diketahui, pada lelang SUN yang digelar 4 Februari lalu, jumlah penawaran yang masuk mencetak rekor baru karena mencapai Rp 96,9 triliun.
Nah, untuk lelang SUN pada Selasa (18/2) mendatang, pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp 15 triliun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, bakal ada tujuh seri SUN yang ditawarkan.
Baca Juga: Kembali lelang SUN pekan depan, pemerintah pasang target indikatif Rp 15 triliun
Analis Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto pun yakin lelang SUN pekan depan masih digandrungi. Menurut dia, likuiditas di pasar obligasi Indonesia yang masih sangat baik akan menjadi faktor pendorong utamanya.
“Likuiditasnya semakin baik dengan ditunjang yield SUN yang masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga,” jelasnya pada Kontan.co.id, Kamis (13/2).
Saat ini, yield SUN seri 5 tahun saat ini berada pada level 5,80% sedangkan untuk yield SUN tenor 10 tahun berada pada level 6,56%. Untuk instrumen aman, tingkat yield yang ditawarkan oleh SUN masih terbilang tinggi dan menarik.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, ketahanan negara Indonesia terhadap gempuran isu global mendukung prospek SUN dimata para investor. “Hal ini dibuktikan oleh afirmasi dari lembaga rating dunia, Moody’s, di mana Indonesia masih berada pada peringkat investment grade,” tuturnya.
Peringkat yang diberikan oleh Moody’s mengindikasikan perekonomian Indonesia yang dipandang stabil. Walaupun perekonomian global menghadapi perlambatan namun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat terjaga di angka 5%.
Baik Ramdhan maupun Joshua mengatakan, ancaman terhadap kinerja obligasi pemerintah hanya akan berasal dari eksternal. Wabah virus corona yang kini menjadi isu global dapat mengancam ketertarikan investor asing terhadap SUN.
Baca Juga: Ini sentimen yang membuat kepemilikan asing di SBN kembali meningkat
“Dengan adanya ancaman wabah virus tingkat volatilitas akan meningkat. Maka dari itu kalau kami lihat minat investor lebih tinggi pada SUN tenor pendek,” jelas Ramdhan.
Josua turut menambahkan proses pemilihan umum AS yang akan dilaksanakan tahun ini serta tensi geopolitik di Timur Tengah yang saat ini masih tinggi berpotensi untuk mengancam minat investor terhadap SUN.
“Tantangan pasar obligasi Indonesia ke depannya masih dari eksternal. Karena dapat berpengaruh terhadap harga minyak dunia,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News