kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Panen singkong turun, kinerja Budi Starch & Sweetener melorot di kuartal I-2018


Kamis, 24 Mei 2018 / 18:51 WIB
Panen singkong turun, kinerja Budi Starch & Sweetener melorot di kuartal I-2018
ILUSTRASI. Produk BUDI Starch & Sweetener Tbk


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Budi Starch & Sweetener pada kuartal I-2018 tak moncer. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, perusahaan hanya membukukan pendapatan Rp 597,55 miliar, turun 7,05% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara laba bersih pada kuartal I-2018 tercatat Rp 5,26 miliar, turun 64,78% dari periode yang sama tahun lalu. 

Sudarmo Tasmin, Wakil Presiden Direktur PT Budi Starch & Sweetener Tbk menyatakan penurunan kinerja perusahaan pada kuartal I-2018 terjadi karena panen singkong yang menjadi bahan utama berkurang. Namun, ia menyatakan secara pembelian tidak banyak turun karena menggunakan sisa stok tahun lalu.

Menurut Sudarmo, meski volume panen turun, tapi pendapatan tidak turun signifikan lantaran terbantu oleh harga jual produk. "Untuk harga meningkat tinggi sekali, saat ini sekitar Rp 8.000," ujarnya di Jakarta, Kamis (24/5).

Perusahaan mengestimasi pendapatan tumbuh 5% yang diharapkan dari harga jual, sedangkan untuk volume pasti turun. "Estimasi penjualan bisa tumbuh 5%, kalau volume pasti turun," tuturnya.

Untuk penjualan, tapioka masih menjadi kontributor terbesar. Tapioka berkontribusi sebesar 73%, dan sweetener 22%.

Menurutnya, penurunan panen singkong akan berimbas pada volume tapioka yang diperkirakan turun sampai 15%.

Sampai kuartal I 2018, penjualan tapioka perusahaan sebanyak 80.000 ton, sweetener 31.000 ton. "Akan kami genjot lagi di semester kedua," tutur Sudarmo.

Ia bilang untuk strateginya dengan genjot di kenaikan harga jual dan melakukan efisiensi. "Efisiensi segala lini, dari biaya penjualan, upah, biaya produksi, overheat, dan lain-lain supaya tidak turun," jelasnya.

Sedangkan strategi lain mencari tempat-tempat yang menghasilkan singkong yang lebih baik. "Kami akan masuk ke Jawa Tengah, Jawa Timur untuk peningkatan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×