Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Budi Strach & Sweetener Tbk (BUDI) optimistis menatap bisnis di 2018 ini. Perseroan ini percaya sektor consumer goods yang mendorong bisnisnya masih bisa bertumbuh.
"Kami harap bisa tumbuh 10% di 2018 dari segi penjualannya," sebut Mawarti Wongso, Direktur PT Budi Starch & Sweetener Tbk kepada Kontan.co.id (10/1).
Sebelumnya Budi Starch menargetkan pendapatan bersih Rp 2,5 triliun di 2017. Jika pendapatan tersebut terealisasi maka di 2018 perolehan penjualan Budi Strach diperkirakan menyentuh Rp 2,75 triliun.
Adapun untuk kapasitas produksi di 2018, kata Mawarti, diperkirakan bakal sama dengan tahun 2017. Utilisasi produksi pabrikan rata-rata mencapai 65%-70%. "Sampai Desember 2017 produksi kurang lebih 420.000 ton," urainya.
Pasar domestik masih menjadi penopang bisnis BUDI selama ini. "Di Indonesia pasarnya sangat besar terlihat dari populasinya," kata Mawarti. Oleh karena itu BUDI belum berencana merambah pasar ekspor.
"Sebanyak 65% tapioka kami dipakai industri makanan dan minuman, sementara 20% oleh industri kertas dan sisanya untuk keperluan industri kimia dan lainnya," ungkap Mawarti.
Mengintip laporan keuangan kuartal III-2017, perusahaan ini membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 1,86 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,90 triliun. Sedangkan, laba bersih sebesar Rp 33,3 miliar, atau naik dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 30,1 miliar.
Di tahun 2018 ini, BUDI sudah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 170 miliar. Rencana alokasi penggunaan belanja modal untuk operasional dan revitalisasi pabrik yang baru dibeli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News