kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pacu layar Cinemaxx, Lippo raih utang US$ 100 juta


Jumat, 24 Juli 2015 / 13:13 WIB
Pacu layar Cinemaxx, Lippo raih utang US$ 100 juta


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Lippo Group kian serius mengembangkan bisnis bioskop. Konglomerasi milik keluarga James Riady ini telah mengamankan pendanaan US$ 100 juta untuk mendukung ekspansi cucu usahanya, PT Cinemaxx Global Pasifik.

Deutsche Bank memberikan pinjaman US$ 100 juta yang setara Rp 1,32 triliun (dengan kurs Rp 13.200 per dollar AS). Dana tersebut untuk menggelar 2.000 layar bioskop dalam 10 tahun ke depan.  Dalam transaksi tersebut, Lippo menunjuk Rothschild sebagai financial advisor.

Dukungan pendanaan tersebut adalah pelumas bagi Cinemaxx untuk bisa melantai di bursa saham dalam aksi initial public offering  (IPO) dalam tiga tahun ke depan. "Kami telah menerima minat investor yang tertarik berpartisipasi mengembangkan bisnis kami," klaim Brian Riady, Direktur Lippo dan CEO Cinemaxx, dalam keterangan resmi, Kamis (23/7).

Hingga saat ini, Cinemaxx telah memiliki 60 layar dengan 11 lokasi di beberapa kota. Targetnya, dalam 10 tahun ke depan, Cinemaxx akan memiliki 2.000 layar dengan 300 lokasi di 85 kota Indonesia. Brian memproyeksikan, bioskop Cinemaxx akan mendatangkan pendapatan US$ 500 juta  tahun 2020 dan US$ 1 miliar pada di tahun 2024.

Sekadar informasi, Cinemaxx merupakan bagian dari PT First Media Tbk (KBLV). KLBV memiliki Cinemaxx melalui  anak usahanya, yakni  PT Citra Investama Andalan Terpadu sebanyak 75%.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, mengatakan, prospek bisnis bioskop masih cukup cerah seiring pertumbuhan kelas menengah. Karena itu dia melihat, rencana ekspansi Cinemaxx akan terus membaik.

Apalagi margin bioskop lumayan bagus, yakni berasal dari penjualan tiket. "Namun yang perlu diperhatikan adalah teknologi bioskop, agar bisa bersaing dengan kompetitor," ujar Hans.

Bagi Hans, pendanaan menggunakan mata uang dollar AS tak masalah. Kendati, rupiah masih loyo, tren ke depan cenderung menguat karena sudah undervalue. Sehingga bunga yang dibayar ke depan lebih kecil. "Dana IPO nanti bisa digunakan untuk melunasi utang tersebut," imbuh Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×