Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Setelah pabrik Pati dipastikan dapat dibangun tahun ini, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana membangun pabrik baru. Pabrik ke-16 direncanakan di luar Pulau Jawa.
Sahat Panggabean, Sekretaris Perusahaan INTP mengatakan, tengah menimbang beberapa lokasi, seperti di Sumatera, Sulawesi atau daerah lainnya. "Sebelumnya sempat disebutkan di Sumatera Utara, tapi kami masih mengkaji lagi," kata dia.
Pabrik tersebut akan berkapasitas sama dengan pabrik Pati yakni 2,5 juta per tahun. Nilai investasinya US$ 150 juta-US$ 200 juta per ton. Ini sekaligus akan menjadi pabrik kedua di luar Jawa setelah pabrik INTP di Kalimantan Selatan yang berdiri 1996.
Analis Reliance Securities Robertus Yanuar Hardy mengatakan, membangun pabrik baru akan menambah pendapatan seiring dengan bertambahnya kapasitas produksi. Jika pabrik ke-15 di Pati beroperasi maka kapasitas INTP akan menjadi 30 juta ton per tahun. Pabrik Pati akan mulai dibangun di tahun ini dan diharapkan beroperasi di 2018.
"Selain itu, dengan adanya pabrik baru bisa meningkatkan daya saing," tambah Robertus. INTP cukup percaya diri menghadapi persaingan sebab memiliki pangsa pasar terbesar setelah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Ia mencatat, kini INTP memiliki pangsa pasar 30% sementara SMGR sekitar 40%-42%.
Lydia J Toisuta, Analis JP Morgan dalam riset 22 Januari 2015 menulis, kapasitas produksi INTP akan naik menjadi 94% di 2014 dan naik menjadi 99% di 2015. "Maka dari itu, kami memilih INTP sebagai top pick di sektor semen," tulis dia.
Kapasitas bertambah
Peningkatan kapasitas tersebut berasal dari pabrik ke-14 di Citereup, Jawa Barat. Sebab pabrik ini menurut Maria Renata, Analis Trimegah Securities, akan beroperasi penuh pada kuartal IV-2015. "Dimana, pabrik itu akan menambah kapasitas INTP 4,4 juta ton," tulis dia dalam riset pada 8 Desember 2014. Sehingga di akhir 2015, bisa dipastikan kapasitas produksi INTP mencapai 24,9 juta ton.
Tapi INTP masih harus membiayai pabrik ke-14 Rp 5,5 triliun-Rp 6 triliun. Dananya berasal dari kas internal. Untungnya, kas INTP berlimpah yakni mencapai Rp 9,5 triliun per September 2014.
Pada tahun ini menurut para analis, persaingan yang harus dihadapi oleh INTP tak hanya dari faktor kapasitas produksi. Tapi juga berasal dari harga jual.
Keputusan pemerintah yang meminta untuk menurunkan harga semen Rp 3.000 per sak membuat INTP harus ikut menurunkan harga jual agar tetap bersaing dengan SMGR.
Robertus menilai, penurunan harga jual tidak akan menghambat kinerja INTP. "Mungkin margin akan tertekan tapi itu hanya sementara," ujar dia. Pasalnya, sebelum mandat dari pemerintah penurunan harga semen INTP sudah naik Rp 4.000 per sak.
Karena itu Maria yakin, pendapatan INTP Rp 23,39 triliun di tahun ini, naik dari estimasi pendapatan di 2014, Rp 20,83 triliun. Laba bersih akan naik menjadi Rp 6,19 triliun dari prediksi 2014 Rp 5,53 triliun.
Ketiga analis ini kompak merekomendasikan buy. Robertus menargetkan harga di Rp 26.000, Maria di Rp 29,700 dan Lydia di Rp 30.500. Kamis (29/1), harga INTP turun 0,54% ke Rp 22.875 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News