kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,51   -5,84   -0.63%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Overweight Sektor Perkebunan, LSIP Jadi Saham Pilihan


Senin, 27 Juni 2022 / 07:15 WIB
Overweight Sektor Perkebunan, LSIP Jadi Saham Pilihan


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terus merosot. Berdasarkan data Bloomberg, harga CPO kontrak pengiriman September 2022 berada di level RM 4.664 per ton pada penutupan perdagangan Jumat (24/6).

Harga tersebut anjlok 16,94% dibanding harga pada akhir pekan sebelumnya yang sebesar RM 5.454 per ton. Bahkan, pada dua pekan sebelumnya, harga CPO masih berada di level RM 5.766 per ton.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny mengatakan, penurunan harga CPO tersebut terjadi karena membanjirnya pasokan akibat dibukanya keran ekspor CPO.

Pemerintah juga menerapkan kebijakan flush out alias percepatan penyaluran ekspor sehingga eksportir yang tidak tergabung dalam program Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) bisa melakukan ekspor.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham CPO di Tengah Pelemahan Harga Komoditas

Sentimen pemberat bagi harga CPO juga berasal dari adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi resesi global di tengah inflasi yang tetap tinggi.

Meskipun begitu, untuk semester II-2022, Andreas melihat ada peluang bagi harga CPO untuk naik kembali. Pendorong kenaikan ini terkait dengan adanya fenomena La Nina ketiga di Amerika Selatan dan Amerika Utara yang berpotensi menurunkan produksi CPO karena efek kekeringan.

"Perkiraan harga CPO di paruh kedua 2022 secara rata-rata berada di RM 6.000 per ton," kata Andreas saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (13/6).

Dalam riset tanggal 14 Juni 2022, Analis Maybank Investment Bank Ong Chee Ting menyampaikan, pencabutan larangan ekspor Indonesia memberikan tekanan pada harga CPO.

Apalagi, tiga minggu setelah pemerintah mencabut larangan CPO pada 23 Mei 2022, ekspor belum kembali ke tingkat normal sehingga mengakibatkan penumpukan stok.

Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia memberikan izin ekspor khusus atas 1,16 juta ton CPO (hingga 31 Juli) kepada 41 perusahaan di bawah program flush out. Program ini mengharuskan perusahaan-perusahaan tersebut membayar biaya khusus sebesar US$ 200 per ton di luar pajak ekspor.

"Seiring dengan pemerintah Indonesia yang memungkinkan lebih banyak minyak sawit untuk diekspor, kami memprediksi tekanan harga yang lebih besar pada harga CPO global, terutama di semester II-2022," tutur Ong.

 

Meskipun begitu, Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap dan Rizkia Darmawan berharap, pemerintah mendorong volume ekspor minyak sawit ke depan untuk mengantisipasi kelebihan pasokan domestik lebih lanjut.

Produksi minyak sawit Indonesia diprediksi cenderung mencapai puncaknya pada semester II dalam waktu enam tahun rata-rata sebesar 53,8% dari total produksi tahunan.

Di antara saham-saham dalam coverage-nya, Mirae Asset Sekuritas melihat bahwa PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menjadi emiten yang paling terdampak kebijakan baru tersebut. Pasalnya, AALI mempunyai porsi ekspor yang signifikan, yakni sekitar 50% dari total penjualan.

Baca Juga: Buy Saham LSIP, Berikut Ulasan dari Analis Ciptadana Sekuritas

"Akan tetapi, kami melihat dampak netral terhadap pendapatannya karena semua volume penjualannya diarahkan ke pasar domestik," tulis kedua analis dalam riset tanggal 20 Juni 2022.

Sementara itu, secara keseluruhan, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan sikap overweight untuk sektor perkebunan Indonesia.  PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) menjadi saham favoritnya.

LSIP dipilih karena memiliki tingkat oil extraction rate (OER) lebih tinggi dibandingkan dengan emiten lainnya, dampak netral dari peraturan pemerintah, dan neraca yang kuat yang tercermin dari posisi kas bersih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×