kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Outlook perkebunan masih dinilai netral


Selasa, 13 Februari 2018 / 23:26 WIB
Outlook perkebunan masih dinilai netral
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor perkebunan pada tahun lalu menjadi sektor pemberat indeks. Ibarat kereta, seperti gerbong yang paling buncit. Karena kinerja yang kurang menggairahkan dia menjadi pemberat indeks.

Sejak awal tahun 2018, saham sektor perkebunan mencatatkan angka pertumbuhan tipis 0,93%. Sementara indeks bertumbuh 3,5%. Apakah sektor perkebunan ini akan menjadi kuda hitam tahun ini?

Thennesia Debora, Analis BNI Sekuritas menyatakan secara umum dia masih memberikan outlook netral sampai akhir tahun pada sektor perkebunan. Pasalnya, saat ini masih banyak sentimen negatif pada sektor ini.

Di antaranya seperti pemasaran CPO masih akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, seperti salah satunya pada pemerintah India yang menaikkan biaya masuk. “Dia menaikkan pajak 15% dari sebelumnya 7,5%,” kata Thennesia kepada KONTAN, Selasa (13/2).

Dia mencermati, ekspor CPO dari Malaysia ke India menurun. Meskipun, kalau di Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan. Ini merupakan salah satu faktor penyebabnya, karena meningkatnya biaya masuk.

Selain itu, sentimen lain datang dari over supply produk CPO. “Efek elnino kan sudah berkurang, jadi pemulihan produksi nantinya dari India dan Eropa yang gencar black campaign, ini menjadi sentimen negatif dari pergerakan harga CPO,” imbuhnya.

Dalam jangka dekat, ada potensi kenaikan harga CPO menjadi RM 2.600 secara rata-rata pada tahun ini. Dalam waktu dekat, ada potensi kenaikan harga saham namun hanya sesaat. Pada perdagangan Selasa (13/2), sejumlah saham juga mencetak pertumbuhan hijau. “Tapi ini sesaat,” ungkapnya.

Harga CPO juga dipengaruhi supply and demand. Sentimen lainnya di antaranya terhadap harga kedelai. Bila harga kedelai menurun, ada kecenderungan orang beralih dari CPO ke kedelai. Selain itu, penguatan ringgit Malaysia terhadap dollar Amerika Serikat juga menjadi sentimen. “Kalau ringgit menguat, maka harga jadi kurang menarik,” ujarnya.

Dari beberapa saham, dia merekomendasikan buy saham LSIP dengan target harga 1.920 dan AALI dengan target harga 19.100. “Akan ada re-view ulang lagi setelah laporan keuangan 2017,” imbuhnya.

Pada penutupan perdagangan Selasa (13/2), saham AALI ditutup pada level 13.400, dan LSIP pada 1.355.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×