Reporter: Yoliawan H | Editor: Yudho Winarto
Untuk diketahui, yang menjadi perhatian khusus adalah besaran penjatahan saham atau fixed allotment dan pooling allotment yang memberikan jatah bagi investor institusi dan ritel untuk saham IPO. Pengaturan besaran ini disinyalir dapat menjadi solusi untuk menciptakan harga saham perdana yang lebih objektif saat masuk ke pasar sekunder.
Ditemui di tempat yang sama I Gede Nyoman Yetna, Direktur BEI mengatakan, salah satu cara untuk membuat pembentukan harga (pricing) yang lebih stabil memang dengan sistem electronic book building. Ini juga bagian dari pengawasan BEI terhadap mekanisme IPO.
Dalam sistem ini akan diatur mekanisme penyebaran saham melalui allotment atau penjatahan yang lebih menyebar sehingga pricing akan jauh lebih objektif dan lonjakan harga tidak setinggi sekarang.
Menurutnya, salah satu penyebab yakni mekanisme permintaan dan penawaran yang tidak seimbang di hari pertama yang membuat harga melompat drastis. Dengan electronic book building persediaan barang atau saham akan terjaga.
“Benchmark kami ada di bursa luar yang biasanya lonjakan IPO hanya sebesar 20% sampai 30%. Kami juga sedang melakukan kajian terkait ARA untuk saham IPO,” ujar Nyoman.
Terkait besarannya yang 50%, kecenderungannya akan mengarah kepada benchmark tersebut. Diharapkan di tahun 2019 dapat dipastikan perubahannya seperti apa.
Selain itu, BEI juga akan memantau kinerja dari anggota bursa yang berperan sebagai underwriter. Itu dikarenakan mereka ikut bertanggung jawab atas pembentukan harga ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News