kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Om Willem, Saham Astra dan Penguasa Lantai Bursa


Senin, 05 April 2010 / 10:07 WIB


Reporter: Edy Can, Abdul Wahid Fauzi | Editor: Edy Can

Awal 2010 penuh duka bagi keluarga besar Grup Astra. Pada 20 Januari lalu, kelompok usaha dengan induk usahanya, PT Astra International Tbk (ASII) ditinggal Presiden Direktur, Michael Dharmawan Ruslim. Ia meninggal di Singapura, akibat demam berdarah.

Belum lagi suasana duka itu pergi, Astra kembali kehilangan tokoh pentingnya. Pendiri perusahaan yang lini bisnis utamanya adalah otomotif ini, William Soeryadjaya, meninggal pada usia 87 tahun, Jumat pekan lalu. Om Willem, panggilan akrabnya, tutup usia ketika Astra di tengah puncak kejayaannya.

Willem mendirikan Astra pada tahun 1957 sebagai perusahaan distributor minuman ringan Prem Club dan ekspor hasil bumi. Bisnis otomotif baru digelutinya pada 1968, dengan memasok 800 truk merek Chevrolet ke pemerintah.

Pada tahun-tahun selanjutnya, Astra menjadi perakit truk Chevrolet dan alat-alat berat, seperti Komatsu. Perusahaan ini juga mulai menggarap mobil Toyota dan Daihatsu, motor Honda, dan mesin fotokopi Xerox.

Astra terus berkembang hingga pada April 1990 menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta. Ketika itu, 30 juta saham Astra, yang dulunya bernama PT Astra International Incorporated ini, dilego pada harga
Rp 14.850 per saham.

Namun, kejayaan Om Willem di Astra harus terhenti pada tahun 1993. Pria yang bernama asli Tjia Kian Liong terpaksa melepas saham Astra untuk menebus utang Bank Summa. Kala itu, bank yang dijalankan putra sulungnya, Edward Soeryadjaya, ditutup pemerintah.

Ketika krisis ekonomi tahun 1998, raksasa bisnis ini sempat ikut semaput dan terbelit tumpukan utang. Perusahaan ini harus jatuh-bangun bernegosiasi dengan para krediturnya. Imbasnya menjalar ke lantai bursa, harga saham ASII sempat jatuh ke titik nadir, Rp 193 per saham.

Tahun 1999, Astra menandatangani restrukturisasi utang. Boleh dibilang, mereka adalah perusahaan pertama di Indonesia yang merestrukturisasi utangnya akibat badai krisis ekonomi 1997-1998. Pihak kreditur yang diwakili Jardine Cycle & Carriage menjadi pengendali baru perusahaan itu.

Meski begitu, peran dan gaya berbisnis Om Willem masih mewarnai geliat usaha Astra. Pengakuan atas peran tersebut dilontarkan Juru Bicara ASII Yulian Warman. "William sebagai peletak dasar kepemimpinan dan tumbuh kembang, budaya kerja di Astra," katanya.

Kini, Astra menjadi perusahaan dengan tentakel bisnis yang menjulur dari perkebunan hingga pertambangan. Pada 2009, ASII mencetak laba bersih sekitar Rp 10 triliun. Nilai asetnya mencapai Rp 88,93 riliun.

Seiring dengan kinerja tersebut, harga saham ASII terus meroket. Pada Kamis (1/4) lalu, harganya Rp 44.500 per saham, yang merupakan posisi tertinggi sejak perusahaan itu berdiri. Sejak bulan lalu, Astra pun menggeser dominasi Telkom sebagai penguasa bursa dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 180,15 triliun. Tentunya, Om Willem bisa 'pergi' dengan seulas senyum di bibirnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×