Reporter: Dina Farisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Kondisi ekonomi dalam negeri masih suram bagi pasar surat utang akibat tarik ulur kenaikan harga BBM bersubsidi. Kondisi ini tidak menyurutkan minat korporasi menerbitkan obligasi.
Yang terbaru, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Intiland Development Tbk (DILD) kompak menerbitkan obligasi (lihat tabel). Masa penawaran awal obligasi PNM berlangsung 18 Juni- 26 Juni.
Sedangkan, masa penawaran awal obligasi Intiland antara 18 Juni - 25 Juni. "Kami melihat momentum penerbitan obligasi sangat baik dan kondisi pasar modal sedang tumbuh positif," ujar Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono, Selasa (18/6).
M Adra Wijasena, Fixed-Income Analyst PT Mega Capital Indonesia mengatakan, kupon yang ditawarkan PNM masih di bawah rata-rata kupon dengan peringkat dan tenor yang sama di pasar sekunder. Rata-rata kupon dengan peringkat A dan tenor lima tahun menawarkan premi imbal hasil 396 basis poin dibanding surat utang negara (SUN) bertenor yang sama.
Adra menilai, timing penerbitan obligasi saat ini kurang tepat karena baik penerbit maupun investor masih berspekulasi terhadap besaran kupon. "Lebih baik penerbitan obligasi setelah Lebaran. Sebab, angka inflasi sudah jelas sehingga tidak ada spekulasi kupon," tutur Adra.
Meski pasokan ramai, pencatatan obligasi korporasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga pekan kedua Juni tahun ini, masih lebih rendah dibanding semester I 2012.
Berdasarkan data BEI, total penerbitan obligasi korporasi semester I-2012 sebesar Rp 35,82 triliun. Sementara, semester I tahun ini baru mencapai Rp 29,14 triliun. Tujuh obligasi baru senilai total Rp 8,2 triliun yang ditawarkan saat ini (lihat tabel), baru akan dicatatkan Juli.
Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management menilai, menurunnya minat penerbitan obligasi pada semester I tahun ini karena obligasi jatuh tempo tahun ini tidak sebesar tahun lalu. Menurutnya, strategi korporasi untuk menerbitkan obligasi umumnya didorong obligasi jatuh tempo.
Selain itu, kondisi inflasi sejak awal tahun tidak sebaik tahun lalu. Inflasi tahun ini cenderung naik. Hal lain, minat korporasi menerbitkan obligasi turun akibat cost of fund penerbitan naik, khususnya di awal Mei. "Kondisi ini mendorong korporasi memilih penerbitan obligasi global karena ongkosnya lebih murah," jelas Desmon.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan mengatakan, kondisi pasar tahun ini lebih fluktuatif dibanding tahun lalu. Pergerakan kurs rupiah akhir 2012 dan awal 2013 sangat bergejolak. Kondisi ini menyebabkan investor asing menilai, ada kenaikan risiko berinvestasi di obligasi dalam negeri, sehingga terbentuk ekspektasi imbal hasil yang tinggi.
Obligasi Korporasi dalam Penawaran | ||||
Perusahaan | Jumlah (Rp miliar) | Tenor | Kupon | Peringkat |
Garuda Indonesia | 2.000 | 5 | 8,25%-9,25% | A |
Batavia Prosperindo Finance | 300 | 1, 2, 3 | 9,25%-10,75% | BBB |
Perkebunan Nusantara X | 700 | 5 | 8%-9% | A+ |
Bank Mayapada | 700 | 7 | 10,5%-11,5% | BBB+ |
Perusahaan Listrik Negara | 3.000 | 7, 10 | 7,25%-8,45% | AAA |
Permodalan Nasional Madani | 1.000 | 5 | 8,25%-9,25% | A |
Intiland Development | 500 | 3, 5 | 9%-10% | A |
sumber: Perusahaan, riset KONTAN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News