Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi anyar pada kuartal I-2015 diperkirakan bakal marak. Analis memperkirakan, sejumlah perusahaan bakal menerbitkan surat utang baru sebagai langkah refinancing atas surat utang mereka yang jatuh tempo.
Mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dirangkum KONTAN, terdapat nilai emisi obligasi dan sukuk korporasi senilai Rp 6,83 triliun yang jatuh tempo sepanjang kuartal I-2015. Ini setara 19,62% dari total nilai emisi jatuh tempo sepanjang tahun 2015 yang sebesar Rp 34,81 triliun.
Nilai tersebut terdiri atas 15 emisi obligasi dan 1 sukuk. Jika dirinci berdasarkan sektor bisnis perusahaan, 12 emisi berasal dari sektor pembiayaan (multifinance), 2 perbankan, 1 perusahaan air dan satu milik PT Pegadaian.
Analis obligasi Sucorinvest Central Gani Ariawan mengatakan, nilai emisi jatuh tempo sebesar Rp 6,83 triliun juga dapat diartikan investor bakal kebanjiran likuiditas lantaran menerima kembali modal investasi dari surat utang. “Dengan obligasi yang jatuh tempo, berarti ada dana segar buat investor Rp 6,83 triliun di kuartal I ini,” ujar Ariawan. Kondisi ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menerbitkan surat utang.
Menurut Ariawan, banyak faktor pendukung perusahaan tertarik menerbitkan surat utang di kuartal I. Kondisi pasar surat utang relatif kondusif sejak akhir tahun 2014 hingga pekan ini. Indikatornya, yield Surat Utang Negara (SUN) saat ini tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu.
“Implikasinya, perusahaan bisa menekan kupon pada surat utang terbitan baru kuartal I-2015. Cost of fund-nya tidak terlalu tinggi,” kata Ariawan.
Prospek kupon
Ariawan mencontohkan, jika pada kuartal I-2015 ini perusahaan yang menerbitkan obligasi bertenor 5 tahun dan mendapat peringkat A membayar kupon wajar sekitar 10,75% hingga 11%, tidak berbeda jauh dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Namun, pemberian kupon bisa lebih tinggi jika tren penerbitan surat utang baru sangat marak di kuartal I-2015.
“Kalau banyak penerbitan, berarti banyak saingan perebutan dana investor. Perusahaan harus memberi 'pemanis’ pada kupon agar surat utangnya diserap investor,” ujar Ariawan.
Ia yakin, perusahaan multifinance akan menutup dana obligasi jatuh tempo dengan kembali menerbitkan surat utang (refinancing). Ariawan memprediksi, realisasi penerbitan surat utang korporasi baru di kuartal I-2015 mencapai Rp 10 triliun.
Tapi Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar mengingatkan, perusahaan multifinance bisa saja menunda penerbitan obligasi di kuartal I jika kondisi perusahaan masih memungkinkan mencari sumber pembiayaan lain. “Mereka bisa memperoleh dari pinjaman bank atau suntikan dana dari pemegang saham,” ujarnya.
Kendati demikian, jika perusahaan menerbitkan surat utang pada kuartal I-2015 memang banyak keuntungannya. Salah satunya adalah tren yield SUN yang belum berubah signifikan dan serta adanya likuiditas tinggi dana investor. “Kuartal I ini belum ada sentimen negatif bagi pasar surat utang,” ungkapnya.
Bahkan menurutnya, langkah pemerintah yang menurunkan target defisit anggaran dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (RAPBN-P) 2015 dari 2,2% menjadi 1,9% menjadi sentimen positif dan meningkatkan kepercayaan investor pada pasar surat utang.
Di sisi lain, rencana anggaran belanja pemerintah tahun 2015 yang tinggi guna mempercepat pembangunan infrastruktur juga memberi sentimen positif. “Sehingga perusahaan bisa menawarkan kupon yang tidak terlalu tinggi karena harapan-harapan tadi,” ungkap Anup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News