Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kepastian pemeringkatan utang Indonesia oleh Standard and Poors (S&P) disinyalir menjadi faktor kuat yang mendorong tren penguatan rupiah terus berlanjut.
Pada penutupan, Selasa (11/4) ini di pasar spot, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat tipis sebesar 0,03% atau Rp 13.281 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sementara, di kurs tengah Bank Indonesia (BI), mata uang Garuda menguat 0,3% dengan nilai tukar tak jauh beda yakni Rp 13.282 per dollar AS.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya meringkas, secara keseluruhan sentimen yang signifikan adalah dari segi arus modal asing ke Indonesia. Modal asing tersebut utamanya terukur dari jumlah cadangan devisa dan peringkat utang Indonesia oleh S&P.
Ia menilai, kenaikan peringkat menjadi investment grade dapat menguatkan rupiah sampai rentang Rp. 13.200- Rp. 13.300 per dollar AS. Dan masih akan bertahan hingga kepastian S&P keluar sekitar akhir April atau pembuka Mei tahun ini. Sebab, dengan status tersebut, Indonesia akan meraup lebih banyak lagi investor asing.
Unggulnya rupiah di emerging market sebenarnya menujukan bahwa Indonesia sedang menjadi fokus peninjauan untuk naik peringkat. Sebab, beberapa negara di Asia sudah lebih dahulu memperoleh status investment grade dari S&P.
Mengingat adanya kemungkinan intervensi Bank Indonesia (BI), ia memperkirakan akan ada pelonggaran yang diberikan melihat peluang penguatan rupiah yang cukup baik. "Semoga rentang tersebut dianggap masih aman dan menjaga daya saing rupiah," harapnya.
Sebaliknya, Rully bilang, jika tidak ada perbaikan peringkat oleh S&P, rupiah akan terkoreksi di kisaran Rp. 13.300- Rp. 13.400 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News