kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Normalisasi Harga Batubara, Begini Rekomendasi Saham PTBA dari Analis


Senin, 16 Oktober 2023 / 19:09 WIB
Normalisasi Harga Batubara, Begini Rekomendasi Saham PTBA dari Analis
ILUSTRASI. Petugas mengoperasikan 'stekker recliming' untuk memindahkan batubara ke 'conveyor belt' di kawasan tambang batubara airlaya milik PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (16/11/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Peluang pertumbuhan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tetap ada di tengah normalisasi harga batubara. Analis BRI Danareksa Erindra Krisnawan mengatakan di tengah berlanjutnya normalisasi harga, pihaknya melihat peluang di kuartal IV 2023.

Ini mengacu pada data perdagangan dan persediaan baru-baru ini yang mengindikasikan kemungkinan aktivitas musiman yang sedang berlangsung.

Ia menjelaskan bahwa harga batubara termal regional telah rebound dari level terendah baru-baru ini, dipimpin oleh harga Newcastle dari level terendahnya pada Juni 2023. Lalu, harga acuan batubara domestik China juga naik dari level terendahnya pada Juni kemarin, serta harga batubara Indonesia (ICI3/ICI4) yang juga naik dari level terendah di Agustus 2023.

"Dalam pandangan kami, rebound yang lebih kuat pada harga Newcastle mungkin sebagian disebabkan oleh lonjakan harga minyak mentah baru-baru ini. Meskipun begitu, rebound di China dan harga ICI bertepatan dengan permintaan musiman di tengah-tengah dimulainya pengisian ulang persediaan di China dan India," jelasnya dalam riset, Minggu (1/10).

Baca Juga: Indeks Syariah Dalam Negeri Kompak Tertekan, Cek Rekomendasi Saham Pilihannya

Selain itu, berdasarkan data Bloomberg, volume perdagangan batubara hingga Agustus 2023 menunjukkan pertumbuhan 14% secara tahunan (year on year/ YoY). Angka tersebut mencerminkan pertumbuhan tertinggi pasca pandemi dan dibandingkan dengan CAGR 5 tahun sebelum pandemi sebesar 8%.

Di sisi impor, China memimpin pertumbuhan selama delapan bulan tahun ini dengan tumbuh 101% YoY dibandingkan dengan tahun 2022 yang rendah karena lockdown di semester I 2022. Diikuti oleh ASEAN yang tumbuh 13% YoY, dan India 5% YoY. Sementara Eropa dan Asia Utara mengalami kontraksi dengan minus 28% YoY dan 5% YoY.

Indonesia dan Australia memimpin pertumbuhan ekspor dengan pertumbuhan 18% YoY dan 10% YoY hingga Agustus 2023. 

"Yang menarik untuk dicatat bahwa Rusia juga mencatat pertumbuhan ekspor 14% YoY, terlepas dari sanksi perdagangan yang masih berlaku. Secara keseluruhan, kami melihat pasar selama delapan bulan tahun ini memiliki pasokan yang cukup baik yang terus mendorong normalisasi harga pasca pandemi," paparnya.

Pada catatan yang lebih positif, Erindra menyebutkan, setelah volume bulanan (month on month/ MoM) yang melambat di kuartal II 2023 atau sejalan dengan musiman, impor China di bulan Agustus menawarkan harapan untuk akselerasi kembali.

Ini terlihat dari pertumbuhan 8% MoM dan 37% YoY di Agustus 2023 dengan berita industri baru-baru ini yang mengindikasikan pengisian ulang persediaan yang lebih kuat menjelang liburan Golden Week.

Persediaan batubara di pelabuhan China juga telah kembali moderat ke rata-rata 5 tahun, meskipun total stok masih tinggi.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Gudang Garam (GGRM) dari Mirae Asset Sekuritas Berikut Ini

"Persediaan batubara India turun menjadi 9 hari di akhir bulan September, jauh di bawah rata-rata 5 tahun sebesar 14 hari, yang menandakan kemungkinan aktivitas pengisian ulang persediaan akan segera terjadi," sambungnya.

Analis Henan Putihrai Alroy Soeparto menambahkan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) telah menyetujui formula baru Harga Batubara Acuan (HBA). Ini untuk memperkecil kesenjangan antara harga HBA dengan harga aktual di pasar.

HBA yang baru menghitung 70% dari harga FOB dari minggu kedua dan ketiga bulan sebelumnya dan 30% lainnya dari minggu keempat dua bulan terakhir dan minggu pertama bulan sebelumnya.

 

"Dengan demikian, HBA yang digunakan dalam pembayaran royalti mencerminkan perhitungan yang lebih akurat dari harga jual dan/atau harga pasar yang sebenarnya," sebutnya.

PTBA saat ini memiliki dua fasilitas transportasi kereta api untuk mengangkut batubara yang diproduksi dari tambang Tanjung Enim - Tarahan dengan kapasitas 25 juta ton/tahun. Lalu juga ke tambang Tanjung Enim - Kerapati dengan kapasitas 7 juta ton/tahun.

Selain itu, PTBA juga sedang mengembangkan rute baru dari Tanjung Enim - Keramasan dengan kapasitas 20 juta ton/tahun yang dijadwalkan akan mulai beroperasi pada kuartal IV 2024.

Kemudian, perusahaan juga sedang dalam tahap finalisasi studi kelayakan untuk rute Tanjung Enim - Perajen dengan kapasitas 20 juta ton/tahun yang ditargetkan akan beroperasi pada kuartal III 2026.

"Kedua rute baru ini nantinya akan digunakan untuk mendukung sinergi rantai pasok batu bara BUMN antara PTBA, PT KAI dan PLN," paparnya.

Namun dengan hasil kinerja semester I, Henan Putihrai melihat peluang pertumbuhan PTBA masih terbatas. Karenanya, ia merekomendasikan hold PTBA dengan target harga Rp 2.900.

Adapun BRI Danareksa Sekuritas lebih optimis dengan merekomendasikan buy PTBA dengan target harga Rp 4.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×