Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Ruisa Khoiriyah
JAKARTA. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) baru mengantongi 27% dari total non-preemptive rights, di luar anggaran akuisisi. Investor strategis yang menampung saham baru BTEL adalah perusahaan investasi Grup Bakrie.
Presiden Direktur BTEL, Anindya Bakrie, mengatakan, investor strategis yang membeli adalah Bakrie Global Investment. "Nilainya mencapai Rp 150 miliar. Itu sudah masuk ke kas perusahaan," ujar dia, Kamis (14/6).
Dana itu akan digunakan BTEL untuk melunasi utang obligasi yang jatuh tempo pada September 2012. Nilainya mencapai US$ 650 juta. Per 31 Maret 2012, nilai bersih obligasi Rp 649,27 miliar.
Sisa utang yang jatuh tempo dilunasi dengan pinjaman perbankan. BTEL memperoleh komitmen pinjaman sekitar Rp 500 miliar dari bank asing, yaitu Credit Suisse.
Anindya yakin utang obligasi BTEL selesai sebelum masa jatuh tempo. Obligasi yang dimaksud adalah Obligasi Bakrie Telecom I terbit Agustus 2007. Bunganya 11,9% dan harus dibayar tiap tiga bulan.
Sebenarnya, total dana dari penerbitan 10% saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) mencapai Rp 754 miliar. Namun 35% dialokasikan untuk share swap dengan saham Sampoerna Telekom Indonesia (STI). Sehingga, STI memiliki 2,3% saham BTEL.
Jadi, dana tunai di kantong BTEL Rp 500 miliar. Jastiro Abi, Wakil Direktur Keuangan BTEL optimistis, sisa dana akan di tangan paling lambat Agustus 2012. "Belum ada komitmen memang, tapi kami confidence akan masuk, kan butuh proses," kata dia.
Ada lebih dari dua investor yang mengeksekusi non HMETD yaitu investor asing dan lokal. "Mereka financial institution," tutur Jastiro tanpa menyebut identitasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News