kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Nilai Samurai Bond Berkisar US$ 1,1 M


Selasa, 23 Februari 2010 / 07:41 WIB
Nilai Samurai Bond Berkisar US$ 1,1 M


Reporter: Dyah Megasari | Editor: Test Test

JAKARTA. Harga obligasi global (global bond) yang masih fluktuatif tak menyurutkan niat pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi dalam mata uang yen atau samurai bond. Pemerintah menetapkan nilai samurai bond tersebut US$ 1,1 miliar.


Obligasi tersebut akan terbit April 2010. "Jumlahnya sudah disesuaikan dengan samurai bond yang mendapat jaminan penerbit dari Jepang," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto, Senin (22/2). Pihak yang bertindak sebagai penerbit adalah Japan Bank for International Cooperation (JBIC).


Bunga acuan atau BI rate yang sedang stabil juga menjadi salah satu pertimbangan pemerintah menerbitkan obligasi di pasar global itu. Dengan stabilnya bunga acuan, Rahmat bilang, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menerbitkan samurai bond tidak terlalu besar.


Ia menambahkan, risiko fluktuasi nilai tukar yen terhadap rupiah tidak sebesar fluktuasi nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. "Penerbitan samurai bond ini untuk diversifikasi pembiayaan APBN," ujar Rahmat. Ia mengaku, imbal hasil (yield) yang dipatok relatif rendah jika tidak dikonversi ke dalam dollar AS.


Menurut Presiden Direktur AAA Securities Andri Rukminto, penerbitan obligasi saat BI rate stabil akan sangat menguntungkan penerbit. Apalagi, pada kuartal kedua, BI rate diperkirakan akan naik. "Jika BI rate naik, penerbit mendapat keuntungan dari selisih bunga yang dipatok di awal," ujarnya. Jika pemerintah menerbitkan obligasi saat BI rate naik, biaya yang ditanggung akan lebih besar.


Sukartono, Head of Debt Capital Market BNI Securities, menilai yen merupakan pilihan yang tepat bagi pemerintah. "Selama ini, yen menjadi salah satu mata uang yang relatif stabil ketimbang mata uang lainnya," ujar Sukartono. Ia memperkirakan, banyak investor yang akan memburu obligasi tersebut.


Saat ini, pasar obligasi Indonesia juga memiliki catatan yang bagus karena tidak pernah mengalami gagal bayar. "Pemerintah perlu cadangan yen karena memiliki utang dengan denominasi yen juga," imbuh Rahmat. Tahun lalu, pemerintah menarik pinjaman siaga dari JBIC melalui penerbitan samurai bond senilai ¥ 35 miliar atau US$ 350 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×