Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2015 lebih semarak ketimbang tahun lalu. Lebih kondusifnya situasi ekonomi dan politik serta terkoreksinya yield Surat Utang Negara (SUN) menjadi pemicu.
Berdasarkan siaran pers dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (24/7), total emisi obligasi dan sukuk korporasi sepanjang tahun ini tercatat 36 emisi dengan total nilai Rp 47,07 triliun. Pencapaian tersebut lebih besar ketimbang total emisi obligasi dan sukuk korporasi tahun 2014 lalu sebesar Rp 46,84 triliun dari hasil penerbitan 49 obligasi dan sukuk.
Analis obligasi Sucorinvest Central Gani, Ariawan menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan ramainya penerbitan obligasi di tahun Kambing Kayu ini.
Pertama, kondisi politik Indonesia tahun ini lebih kondusif ketimbang tahun 2014 yang bernuansa tahun politik. Berkurangnya ketidakpastian kembali mendorong para emiten mendulang dana dengan menerbitkan obligasi. "Kalau tahun lalu emiten cenderung mengerem," ujarnya.
Kedua, kupon obligasi tahun ini lebih rendah. Sebab, yield SUN yang umumnya dijadikan acuan juga sedang koreksi. Dengan kupon yang tidak terlalu tinggi, biaya dana alias cost of fund para emiten juga akan lebih mini ketimbang meminjam dana dari perbankan.
Ketiga, para emiten berlomba-lomba menerbitkan obligasi sebelum Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve mengerek suku bunga acuannya pada pengujung tahun 2015. Survei yang dilakukan Bloomberg menunjukkan, setengah dari koresponden yang merupakan para ekonom memprediksi kenaikan suku bunga acuan AS akan terjadi pada September 2015.
"Jika suku bunga AS naik, ada peluang yield SUN juga naik. Maka, kupon obligasi akan lebih tinggi ketimbang saat ini," tuturnya.
Analis Millenium Capital Management, Desmon Silitonga menambahkan, ramainya penerbitan obligasi juga disebabkan oleh kondisi ekonomi dalam negeri yang membaik. Memang perekonomian Indonesia melambat. Namun, lanjut Desmon, inflasi tahun 2015 lebih terkendali ketimbang tahun sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi per Juni 2015 yang mencapai 0,54%. Meskipun lebih tinggi ketimbang posisi bulan sebelumnya di 0,50% akibat musim Lebaran, angka tersebut merupakan inflasi bulan Juni terendah dalam lima tahun terakhir. Dihitung secara tahunan, inflasi Tanah Air mencapai 7,26%, lebih rendah ketimbang prediksi para ekonom yang dipatok 7,41%.
“Mereka yang di tahun 2014 menahan diri, sekarang mereka menerbitkan obligasi untuk dana ekspansi bisnis,” katanya. Di sisi lain, para emiten juga menerbitkan obligasi guna menutupi utang obligasi jatuh temponya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News