Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Dana kelolaan reksadana berbasis obligasi menurun. Penurunan itu terlihat dari gerak nilai aktiva bersih (NAB) reksadana pendapatan tetap dan terproteksi. Manajer investasi membenarkan, penurunan harga obligasi dalam dua bulan terakhir, memangkas dana kelolaan reksadana beraset surat utang.
"Dana kelolaan reksadana pendapatan tetap periode September menurun karena kondisi pasar. Harga obligasi turun, hingga dana kelolaannya juga turun," ujar Direktur Utama Bahana TCW Investment Management Edward Lubis, Rabu (24/10).
Data PT Infovesta Utama menyebutkan, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap turun tipis 2,32% selama dua bulan, menjadi Rp 30,71 triliun per akhir September. Nilainya per akhir Juli masih sebesar Rp 31,44 triliun.
Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) menunjukkan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap menyusut menjadi Rp 32,31 triliun per akhir September, dibanding posisi per akhir Juli Rp 32,97 triliun.
Indeks Inter Dealer Market Association (IDMA), acuan harga obligasi pemerintah pun cenderung melandai dalam dua bulan terakhir. Akhir Juli, IDMA berada di 109,25. Angka itu turun 0,9% menjadi 108,24 per akhir September.
Grace N Wiragesang, Ketua Kompartemen Sosialisasi dan Edukasi Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI), menuturkan, pasar yang fluktuatif mempengaruhi nilai dana kelolaan reksadana. "Pasar obligasi memang sedang tidak bagus dalam dua bulan terakhir," ujar dia.
Direktur Lautandhana Investment Management itu, menambahkan, minimnya penerbitan produk reksadana berbasis obligasi baru, turut menekan dana kelolaan reksadana berbasis surat utang.
Kenaikan tarif pajak atas pendapatan dari obligasi dalam reksadana menjadi 15% pada 2014, menyurutkan minat manajer investasi menerbitkan reksadana pendapatan tetap. "Jika peraturan itu berlaku, imbal hasil yang bisa diberikan akan semakin tipis," papar Grace. Padahal, reksadana pendapatan tetap harus menempatkan sebagian besar aset dasarnya di obligasi.
Prospek tetap menarik
Meski demikian, Grace menilai, prospek reksadana pendapatan tetap masih menarik. Hingga akhir tahun proyeksi dia, instrumen tersebut bisa memberikan return berkisar 6%-7% per tahun. "Permintaan reksadana pendapatan tetap dari investor juga mash banyak," tutur dia.
Bahana TCW Investment Management memiliki delapan produk reksadana pendapatan tetap. Produk tersebut, menempatkan 50% dananya di aset terbitan pemerintah. "Obligasi korporasi, porsinya kecil mungkin hanya 10% di reksadana pendapatan tetap," ujar Edward.
Menurut Edward, reksadana pendapatan tetap Bahana TCW Investment Management sudah memberikan return sekitar 6% hingga 8% dari year-to-date. "Dua minggu terakhir pasar obligasi sudah mulai bagus, asing yang masuk banyak di obligasi sehingga harga obligasi juga mulai terangkat," ujar dia.
Proyeksi Edward hingga akhir tahun reksadana pendapatan tetap bisa memberikan return 8% - 9%. Bahkan, beberapa produk bisa memberikan return 10%. "Reksadana pendapatan tetap tahun ini bagus kinerjanya," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News