Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Keputusan PBOC untuk melonggarkan stimulus tambahan tidak mampu mendongkrak harga nikel dan tembaga di perdagangan hari ini. Kedua komoditas logam industri ini tetap merosot karena dugaan masa depan China yang belum akan membaik dalam waktu dekat.
Mengutip Bloomberg, Rabu (6/1) pukul 12.06 WIB harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menukik 0,23% ke level US$ 8.505 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Begitu pun harga nikel kontrak yang sama turun 0,20% di level US$ 4.635 per metrik ton.
Dituturkan Ibrahim, Pengamat Komoditas PT SoeGee Futures mengatakan rencana People's Bank of China menggelontorkan stimulus sebesar US$ 20 miliar serta pencegahan pemegang saham utama untuk melepaskan saham dan menaikkan repo, tidak mencegah pasar menduga ekonomi China kritis. Langkah-langkah ini dinilai tidak lantas mengangkat aktivitas industri di Negeri Tirai Bambu dan menggenjot permintaan komoditas.
Ini senada dengan yang disampaikan Ric Spooner, Chief Market Strategist CMC Markets Asia Pacific Pty seperti dikutip dari Bloomberg. "Buruknya data manufaktur China jadi pertanda negatif karena bisa digunakan sebagai gambaran keseluruhan ekonomi China yang bungkam," katanya.
Ibrahim juga menambahkan "pasar juga menanti kelanjutan dari sajian data ekonomi Amerika Serikat," ujarnya. Salah satu yang paling dinanti adalah rilis FOMC Minutes untuk menilai kelanjutan kenaikan suku bunga The Fed.
Hal ini jadi penyebab paling tidak hingga akhir minggu ini baik Nikel dan Tembaga belum punya peluang untuk menguat. Pergerakan masih akan dibayangi oleh katalis negatif yang membawa tren bearish berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News