Reporter: Namira Daufina | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Masih tingginya cadangan produksi nikel yang dimiliki oleh perusahaan tambang di Indonesia menjadi beban bagi pergerakan harga nikel.
Mengutip Bloomberg, Selasa (22/12) pukul 12.37 WIB harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 0,80% ke level US$ 8.815 per metrik ton dibanding hari sebelumnnya. Namun dalam sepekan terakhir harga sudah melambung 3,09%.
Ibrahim, pengamat komoditas PT SoeGee Futures menuturkan memang masih banyak perusahaan tambang yang mengalami kelebihan produksi. Selain karena produksi tidak dipangkas, permintaan yang sepi pun tidak mengeringkan pasokan di pasar. Sehingga efeknya level produksi saat ini masih terhitung tinggi.
“Terutama dari Indonesia, sebagai salah satu produsen utama nikel, bayang-bayang produksi tinggi di Indonesia menekan harga nikel global,” jelas Ibrahim.
Salah satunya adalah perusahaan China-Indonesia, Tsingshan Bintang Delapan Group yang mengembangkan ekspansinya ke Sulawesi. Diprediksi hingga Mei 2016 mendatang, produksi bisa mencapai 900.000 ton.
Efeknya, berdasarkan prediksi Morgan Stanley itu bisa menyebabkan keadaan di pasar menjadi oversupply sekitar 4%. Karena diduga permintaan nikel di tahun 2016 hanya mencapai level 1,94 juta ton.
Belum lagi, Direktur Umum Batubara dan Mineral ESDM, Gatot Ariyono mengatakan enam tambang akan mulai beroperasi di akhir tahun 2015 ini. Total kapasitas dari aktifnya keenam tambang tersebut mencapai 524.000 ton.
“Jelas menjadi sentimen negatif, di saat produsen China berupaya memangkas produksi, Indonesia malah masih ketumpahan,” imbuh Ibrahim. Dugaan Ibrahim ini sejalan dengan laporan PT Vale Indonesia dan PT Aneka Tambang.
Kedua perusahaan tambang ini meski menderita kerugian akibat terus merosotnya harga nikel namun juga masih mengalami kelebihan produksi. Tercatat, produksi PT Vale Indonesia di kuartal tiga 2015 masih melesat 15% dibanding kuartal tiga 2014 lalu.
Sejalan, PT Antam melaporkan terjadi peningkatan output sekitar 10% dalam periode Januari – September 2015 dibanding tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News