Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sepekan terakhir, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih atau net sell hingga Rp 2,68 triliun. Beberapa saham yang paling banyak dilepas investor asing selama sepekan di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell hingga Rp 980,6 miliar.
Disusul oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Astra International Tbk (ASII) yang mencatatkan net sell masing-masing Rp 467,7 miliar dan Rp 229,1 miliar.
Baca Juga: Bursa Global berada di zona hijau sepanjang April, bagaimana posisi IHSG?
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony melihat investor asing yang masih saja mencatatkan net sell dipicu oleh kondisi ekonomi yang belum berjalan normal akibat COVID-19. Beberapa negara yang masih menerapkan lockdown atau karantina wilayah mendorong investor menarik dananya.
Asal tahu saja, sepanjang bulan April investor asing sudah mencatatkan net sell hingga Rp 8,75 triliun. Jika dilihat sejak awal tahun 2020, net sell tercatat hingga Rp 19,16 triliun.
Menurut Chris, kepemilikan saham oleh investor asing di ketiga saham itu cukup besar, tercermin dari kapitalisasi pasar atau market capitalization yang jumbo. Apalagi untuk saham BBRI dan BBCA pada awal tahun ini telah banyak diburu oleh investor asing. Sehingga tidak mengherankan, ketika investor asing mencatatkan net sell, saham-saham itulah yang paling banyak dilepas.
Sementara itu, investor asing yang melepas saham ASII dipicu oleh proses akuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bank Bangkok. Hal ini akan diprediksi akan menekan keuntungan ASII ke depan. Ditambah lagi, PT United Tracktors Tbk (UNTR) kinerjanya sedang berat.
Baca Juga: IHSG menguat 3,91% di bulan lalu, bagaimana pergerakannya di bulan Mei ini?
Berdasar data yang dihimpun Kontan.co.id, pendapatan UNTR sepanjang kuartal I 2020 ini terkoreksi 19,05% menjadi Rp 18,31 triliun. Manajemen UNTR menjelaskan perlambatan ekonomi global dan melemahnya harga batubara berdampak pada hampir semua lini bisnis anak usaha UNTR.
"Untuk ASII sendiri di tahun ini tergolong kurang baik secara bisnis," ujar Chris ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/5).
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan aksi jual maupun beli bersih yang dilakukan oleh investor asing sepekan ini masih didorongi oleh pergerakan bursa global terkait penanganan COVID-19 dan komoditas minyak.
Adapun saham-saham yang dilepas asing dalam sepekan ini juga dipengaruhi aksi profit taking atau ambil untung. Tidak ketinggalan, rebalancing minor pada indeks LQ45 dan IDX30 turut menjadi sentimen pemberat bagi saham-saham yang dijual asing.
Baca Juga: TLKM menggeser BBRI jadi nomor dua, ini peringkat baru penguasa market cap bursa
Sempat dijelaskan sebelumnya, bahwa perubahan minor pada indeks akan mempengaruhi rebalancing portofolio. Biasanya, saham pada emiten-emiten yang terkena downweight kurang diminati. Sementara saham-saham yang mengalami upweight lebih diminati.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor perbankan seperti BBRI dan BBCA mengalami perubahan jumlah saham untuk indeks. BBCA mengalami downweight dari semula 7,24 miliar saham menjadi 6,28 miliar saham.
BBRI justru mengalami upweight dari saat ini 52,24 miliar saham, setelah evaluasi menjadi 52,56 miliar saham. Sementara untuk saham ASII tidak mengalami perubahan, jumlah saham untuk indeks tetap di 18,25 miliar saham.
Baca Juga: Walau banyak sentimen positif, namun IHSG berpotensi terkoreksi di awal pekan
Lebih lanjut Herditya menjelaskan, rebalancing minor ini hanya mempengaruhi dalam jangka pendek saja. Nantinya, investor tetap akan kembali melihat kinerja fundamental dan industri dari masing-masing emiten. "Meskipun terkena upweight ataupun downweight investor kembali melihat ke dalam emitennya," imbuh Herditya, Minggu (3/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News