kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca Wijaya Karya (WIKA) kian sehat berkat divestasi dan refinancing


Jumat, 12 Maret 2021 / 07:00 WIB
Neraca Wijaya Karya (WIKA) kian sehat berkat divestasi dan refinancing


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) telah melunasi obligasi komodo alias komodo bond. Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya dalam riset 3 Maret 2021 menjelaskan, biaya utang WIKA menjadi lebih rendah setelah refinancing obligasi komodo. 

Bulan Februari 2021, Wijaya Karya baru menerbitkan obligasi dan sukuk senilai Rp 2,5 triliun dan Rp 500 miliar. Dana tersebut akan digunakan mendanai kembali komodo bond senilai Rp 4 triliun. Dana tersebut juga akan digunakan untuk modal kerja.

Obligasi dan sukuk WIKA yang baru merilis tiga seri. Seri A dengan tenor tiga tahun memberi bunga 8,5%. Seri B berjangka waktu lima tahun memberi bunga 9,1% per tahun. Seri C dengan tenor tujuh tahun memberi bunga 9,75% per tahun. 

Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) sebut pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung telah rampung 75%

Menurut Andrey dalam riset 3 Maret 2021, bunga komodo bond lebih rendah dari obligasi rupiah yang jatuh tempo 3 tahun sebesar 9,2%. WIKA mengatakan akan menerbitkan obligasi berkelanjutan lagi Rp 3 triliun untuk tahap kedua dengan tetap mempertahankan rasio gearing. 

WIKA menargetkan rasio gearing sebesar 0,8 kali di tahun 2021. Menurut Andrey, ini juga berkat suntikan modal dari Wika Realty.

Andrey memaparkan, suntikan dana dari Wika Realty mungkin terjadi sebab sejak akhir tahun 2020, pemerintah memutuskan untuk membentuk holding hotel-hotel BUMN. Wika Realty menjadi induk usaha hotel BUMN yang lain yakni Hotel Indonesia Natour (HIN), Aero Wisata, dan Patra Jasa. 

Holding hotel BUMN ini akan mengelola 22 hotel terdiri dari 11 hotel HIN, satu hotel Aero Wisata, satu hotel Patra Jasa, dan sembilan hotel Pegadaian. WIKA akan mendivestasikan saham anak usahanya ini sebanyak 18% hingga 23%. Nantinya, nilai suntikan modal melalui transfer aset dengan perkiraan sebesar Rp 4,3 triliun ke Wika Realty. 

Setelah transfer aset, ekuitas WIKA akan meningkat. "Hal ini meningkatkan kapasitas leverage WIKA dan dari sisi pendapatan, bisnis hotel holding-nya diperkirakan berkontribusi 10%-15% dari total pendapatan dibanding sebelumnya 5%-6%," terang Andrey.  

Sebagai catatan setelah penyertaan modal anak perusahaannya, WIKA akan tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 70%-75%. WIKA berencana untuk melakukan IPO di Wika Realty. WIKA juga tetap mempertahankan 55% saham di Wika Realty.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) berencana mendivestasikan dua ruas tol

Pada tahun 2021, WIKA berencana divestasi Terminal Peti Kemas dan Serang-Panimbang. Dalam waktu dekat, WIKA akan daur ulang aset Terminal Peti Kemas Belawan. 

WIKA sejatinya hanya memiliki 15% saham senilai Rp 40,3 miliar. di Terminal Peti Kemas Belawan. Sementara mayoritas saham dimiliki Pelabuhan Indonesia I atau Pelindo I. 

Ini menunjukkan target harga divestasi Terminal Peti Kemas pada 1,5-2 kali PBV dengan kisaran harga Rp 60,5 miliar - Rp 80,6 miliar. 

WIKA juga berencana secara bertahap mengurangi kepemilikannya di Jalan Tol Serang-Panimbang. WIKA memiliki 83,4% saham di jalan tol Serang-Panimbang dengan nilai sekitar Rp 3 triliun menjadi pemegang saham minoritas. 

Harga jual jalan tol Serang-Panimbang belum diungkapkan. "Kami harapkan sudah di atas BV, apalagi dengan dukungan dari Nusantara Investment Authority atau NIA," kata Andrey. 

Menurut Andrey, risiko utama WIKA adalah varian COVID-19 baru dari Inggris yang telah masuk ke Indonesia. Hal ini dapat mengakibatkan pembatasan sosial berskala besar yang lebih ketat atau PPKM yang dapat menyebabkan kegiatan konstruksi lebih lambat, dan akan berdampak pada operasi WIKA. 

Andrey memberi rekomendasi buy saham WIKA dengan target harga Rp 2.500 per saham. Harga ini lebih tinggi dari Rp 1.800 per saham, atau naik 37%. 

Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) raih kontrak baru Rp 2,67 triliun hingga Februari 2021

"Kami memperkirakan akan ada peningkatan aktivitas konstruksi tahun 2021," ujar Andrey. Tambahan suntikan modal melalui unit ini akan memperkuat neraca dan pendapatan, dan meningkatkan kapasitas leverage, memudahkan pembiayaan proyek di masa depan.

Pada tahun 2020, pendapatan dan laba bersih masing-masing akan membukukan Rp 15,41 triliun dan Rp 48 miliar. Sedangkan tahun 2021, pendapatan dan laba bersih WIKA masing-masing bisa mencatatkan Rp 24,57 triliun dan Rp 694 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×