kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca perdagangan surplus, dana asing terus masuk ke pasar saham Indonesia


Senin, 25 Oktober 2021 / 11:26 WIB
Neraca perdagangan surplus, dana asing terus masuk ke pasar saham Indonesia
ILUSTRASI. Dana asing kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing masih terus masuk ke pasar saham Indonesia. Dalam pekan yang berakhir Jumat (22/10), asing mencatatkan aksi beli di pasar reguler dengan nilai bersih sebesar Rp 4 triliun.

Sementara itu, dana asing yang masuk selama Januari hingga September 2021 telah mencapai Rp 40 triliun. Chief Economist Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Budi Hikmat menyatakan, hal ini didorong oleh surplus neraca perdagangan yang dilandasi kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus US$ 4,37 miliar pada September 2021. Dengan begitu, secara akumulatif sembilan bulan tahun ini mencapai surplus sebesar US$ 25,07 miliar.

Menurut Budi, angka ini jauh lebih bagus dibanding periode yang sama pada 2019 dan 2020. "Trade surplus ini sudah kita alami sejak 17 bulan terakhir secara berturut-turut, yang sekaligus menjadi rekor terpanjang sejak 2011," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (25/10).

Lebih lanjut, kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia dinilai menjadi momentum yang sangat baik untuk memacu re-industrialisasi terutama di sektor pertambangan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat daya saing negara, keuangan pemerintah, dan memacu kesempatan kerja.

Baca Juga: Optimisme pemulihan ekonomi jadi faktor pendongkrak pasar saham di sisa tahun ini

Capaian surplus perdagangan ini juga menjadi katalis positif bagi penguatan mata uang rupiah di tengah tren penguatan indeks dollar. Peningkatan penerimaan pemerintah sejalan kenaikan harga komoditas melandasi sentimen positif bagi Surat Berharga Negara (SBN).

Risiko suplai SBN diharapkan menurun sehingga memungkinkan yield SBN tetap menarik di tengah risiko tren yield obligasi berbagai negara yang cenderung naik.

"Membaiknya risiko nilai tukar rupiah dan risiko suplai SBN melandasi optimisme capital inflow dana asing kembali menuju pasar modal Indonesia," ucap Budi.

Masuknya dana asing juga menandakan level kepercayaan investor global terhadap perekonomian Indonesia cukup tinggi. Pasalnya surplus perdagangan yang didorong oleh tingginya harga komoditas unggulan dipercaya akan meningkatkan kinerja keuangan banyak perusahaan yang memiliki fokus di perdagangan komoditas. Mengingat eksposur komoditas unggulan seperti CPO, batubara, dan nikel cukup besar pada kinerja ekspor nasional.

Budi memprediksi, tren kenaikan harga komoditas unggulan masih akan berlanjut setidaknya hingga kuartal I 2022, terutama bagi komoditas batubara dan sumber energi lain. Namun, ke depan, pemerintah negara konsumen komoditas energi seperti China dan Eropa juga diprediksi akan melakukan intervensi untuk menurunkan harga komoditas energi yang sudah memicu lonjakan inflasi.

"Oleh karena itu, revolusi new-economy yang semakin memacu digitalisasi, penggunaan teknologi otomotif dan energi terbarukan, serta rivalitas multi polar antarnegara yang melandasi booming sektor mining harus dimanfaatkan pemerintah melalui akselerasi strategi hilirisasi dan penguatan industri terkait guna meningkatkan nilai tambah," pungkas Budi.

Selanjutnya: Kinerja moncer, penjualan dan laba bersih Kalbe Farma (KLBF) kompak melonjak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×