Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JOHANNESBURG. Perang dagang yang ditabuh Presiden Amerika Serikat (AS) mendapat perlawanan sengit. Isu ini pula yang menjadi fokus pembicaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 negara BRICS yang dibuka 25 Juli di Johannesburg, Afrika Selatan.
Negara BRICS beranggotakan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Ancaman proteksi perdagangan Trump telah memberi dorongan baru bagi negara BRICS untuk meningkatkan kerjasama perdagangan.
Selama tiga hari pertemuan tersebut diharapkan menemukan suara kolektif untuk memperjuangkan perdagangan global. Pertemuan para pemimpin BRICS ini merupakan kali pertama, sejak Presiden AS Donald Trump melontarkan kebijakan untuk menyeimbangkan perdagangan multilateral yang dianggap tidak adil bagi AS.
Dalam KTT tersebut, Presiden China Xi Jinping mengatakan, perang dagang global harus ditolak karena tidak akan ada pemenang. Ia menyerukan kepada negara-negara BRICS menolak tindakan sepihak AS yang mengancam akan menetapkan tarif impor tinggi ke negara lain.
"Kita harus tegas dalam menolak unilateralisme," kata Xi pada upacara pembukaan pertemuan para pemimpin negara BRICS seperti dikutip Reuters. Menurutnya, proteksionisme perdagangan yang semakin memuncak, menimbulkan pukulan keras bagi perdagangan multilateral.
Sementara, Menteri Perdagangan Afrika Selatan Rob Davies mengatakan sistem perdagangan internasional saat ini mengalami periode gejolak besar. Perdagangan internasional dihantui kekhawatiran tentang kebijakan tarif impor AS dan tindakan balasan dari negara lain. "Ini adalah momen krisis untuk sistem perdagangan multilateral global," kata Davies.
Pengaruh negara BRICS ini tak bisa disepelekan. Kelompok BRICS mewakili lebih dari 40% populasi dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News