kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nasib Saham Properti Pasca Insentif PPN Usai di Tengah Inflasi dan Suku Bunga Tinggi


Minggu, 09 Oktober 2022 / 14:42 WIB
Nasib Saham Properti Pasca Insentif PPN Usai di Tengah Inflasi dan Suku Bunga Tinggi


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berakhirnya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pada 30 September 2022 lalu menambah beban bagi kinerja emiten properti. Apalagi, insentif itu selesai di tengah tren kenaikan inflasi dan suku bunga tinggi.

Secara sektoral, kinerja saham properti pun jeblok. IDX properti & real estate anjlok 10,96% secara year to date (YTD) ke level 688,34. Mencetak penurunan paling tajam kedua sejak awal tahun ini, di bawah IDX teknologi.

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menyoroti, dua pekan sebelum insentif PPN DTP usai, saham-saham properti sudah mengalami tekanan jual, yang tercermin pada indeks sektoralnya. Ivan memperkirakan, dalam satu sampai dua pekan ke depan, saham properti masih dibayangi tekanan jual.

Baca Juga: Berdampak Signifikan Bagi Penjualan, Emiten Properti Ingin Insentif PPN Diperpanjang

"Arah indeks IDX properti diperkirakan menuju 670 dalam dua pekan ke depan, di tengah kondisi pasar yang sedang dilanda aksi profit taking sejak September lalu," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Minggu (9/10).

Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei memberikan catatan bahwa insentif PPN DTP telah memberikan angin segar bagi sektor properti di tengah tekanan pandemi Covid-19 lalu. Stimulus itu turut mendongkrak penjualan, bersamaan dengan adanya relaksasi Loan to Value (LTV) dan suku bunga di level terendah.

Hal ini tergambar dari lonjakan pendapatan pra-penjualan (marketing sales) sebagian besar emiten properti. Namun, berakhirnya insentif PPN DTP di tengah kondisi makro ekonomi saat ini akan menjadi katalis yang memberatkan kinerja emiten properti.

"Jika insentif tidak diperpanjang, ditambah dengan suku bunga acuan naik dan adanya ancaman inflasi, maka dapat menekan kinerja sektor properti karena daya beli masyarakat yang melemah," terang Jono.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo punya pandangan serupa. Menurutnya, tekanan bagi sektor properti akan bertambah, mengingat potensi ketidakpastian ekonomi yang masih menguat hingga tahun 2023.

Meksi begitu, William memandang tekanan pada sektor properti ini bisa menjadi momentum untuk mengoleksi sejumlah saham dengan strategi buy on weakness.

Saran William,  buy on weakness saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dengan support Rp 158 dan resistance pada Rp 185. Kemudian PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dengan mencermati support Rp 865 dan resistance pada Rp 1.020.

Selanjutnya, rekomendasi  buy on weakness untuk PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menimbang support Rp 400 dan resistance pada Rp 490. 

"Bila PPN DTP ini diperpanjang, tentunya sektor properti di Indonesia bisa terbantu kinerjanya," sebut William.

Baca Juga: Dorong Tercapainya Green Mobility, Sinar Mas Land Hadirkan Kendaraan Listrik Otonom

Sementara itu, Jono menjagokan CTRA. Menurutnya, saham CTRA menarik dikoleksi dengan memperhatikan target harga di level Rp 1.500. Alasannya, CTRA punya lokasi yang paling terdiversifikasi, terutama di luar Jawa dan daerah penghasil komoditas.

"CTRA juga memiliki neraca yang kuat sehingga tetap dapat ekspansif. Juga pendapatan berulang yang stabil dari bisnis mall, hotel dan rumah sakit," jelas Jono.

Sedangkan Ivan merekomendasikan untuk wait and see terhadap saham properti. Saran Ivan, pelaku pasar bisa terlebih dulu mencermati rilis laporan keuangan emiten untuk periode kuartal III-2022.

Adapun emiten properti yang bagi Ivan menarik dicermati adalah CTRA, ASRI, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×