Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Catatkan kinerja reksadana terburuk kedua di Januari, prospek reksadana campuran ke depan bergantung pada beberapa sentimen. Apalagi, sebagian kinerja produk cenderung tertekan dengan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal tahun.
Mengutip data Infovesta Utama, total assets under management (AUM) atau dana kelolaan reksadana campuran di Januari 2020 tercatat melorot 9,32% atau 2,8 triliun dari bulan sebelumnya menjadi Rp 27,28 triliun. Sedangkan untuk unit penyertaan (UP) tercatat terjun sebanyak 18,59%.
Baca Juga: Heboh diberitakan gagal bayar, Kresna Aset Management angkat bicara
Direktur PT Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto menuturkan, kinerja reksadana campuran dan saham akan sangat bergantung pada kinerja IHSG yang menjadi aset dasarnya. Sebagaimana diketahui, kinerja beberapa waktu terakhir indeks saham Tanah Air cenderung bergerak di zona merah.
Rudiyanto menjelaskan, penyebaran virus corona telah menyebabkan ketidakpastian pada berbagai aktivitas ekonomi global dan Tanah Air. Alhasil, itu juga berdampak pada pergerakan pasar saham Asia yang IHSG yang cenderung tertekan di awal tahun.
"Sampai sejauh ini memang belum ada tanda-tanda penyebaran penyakit sudah berhenti dan jumlah kasus yang meninggal masih meningkat," kata Rudiyanto kepada Kontan, Kamis (13/2).
Sementara itu, terkait bobot reksadana campuran milik PAM, terkait komposisi saham dan obligasi di reksadana campuran sudah memiliki kebijakan sendiri. Dia mencontohkan, ada produk yang komposisinya terdiri dari saham maksimal 10% dan ada pula yang memiliki komposisi hingga 50% hingga 60%.
Baca Juga: Schroder bubarkan reksadana Schroder Providence Fund, begini kronologisnya
"Reksadana campuran itu dibuat portofolio dengan bobot saham-obligasi yang sudah ditentukan. Kami tidak mengubah-ubah secara signifikan karena situasi," jelas Rudiyanto.