kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Nasib Gallo Oil, aset kontroversial BUMI


Senin, 19 November 2012 / 08:46 WIB
Nasib Gallo Oil, aset kontroversial BUMI
ILUSTRASI. Aplikasi perbankan digital Senyumku dari Amar Bank.


Reporter: Yuwono Triatmodjo, Surtan PH Siahaan, Amailia Putri Hasniawati |

JAKARTA. Sebuah keterbukaan informasi dari manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ke Bursa Efek Indonesia yang dirilis Senin pekan lalu (12/11) tampak tidak terlalu istimewa. Isinya hanya laporan per Oktober 2012 tentang aktivitas eksplorasi BUMI beserta anak usahanya.

Namun, ada satu hal yang mungkin menarik kita simak, yakni soal status terkini dari Gallo Oil (Jersey) Ltd. Keterbukaan informasi itu menyebutkan, sampai saat ini aset tambang minyak dan gas Gallo Oil di Yaman di Blok R-2 dan B-13 belum juga beroperasi. Padahal, izin eksplorasi di kedua blok tersebut akan berakhir 13 Februari 2013.

Manajemen BUMI berdalih, situasi geopolitik Yaman menjadi penyebab berhentinya kegiatan pencarian sumber daya alam di jazirah Arab itu. "(BUMI) Menjajaki kemungkinan untuk melakukan pemboran satu sumur eksplorasi di masa mendatang bilamana situasi politik di Yaman sudah stabil," tulis rilis yang ditandatangani Dileep Srivastava, Sekretaris Perusahaan BUMI.

Padahal, BUMI telah memiliki Gallo Oil sejak tahun 2000. Namun, selama 12 tahun mengapit mayoritas sahamnya, BUMI belum mendapat kontribusi apa pun dari Gallo Oil. Berdasarkan laporan keuangan BUMI per 30 Juni 2012, dana investasi yang telah mereka keluarkan hingga kini untuk kegiatan eksplorasi di kedua blok milik Gallo Oil sudah mencapai US$ 362,82 juta.

Pada laporan keuangan tahun 2000, BUMI menjelaskan bahwa sudah ada upaya pemetaan geologi, survei, dan evaluasi data sejak tahun 1996. Hasilnya, ada keyakinan atas potensi cadangan terambil di Blok R-2 dan Blok B-13 sebanyak 50 juta-500 juta barel. Namun, hingga kini ternyata hasilnya belum terlihat.

Investasi jumbo

Seperti sudah dibahas di depan, Gallo Oil masuk ke dalam aset BUMI sejak tahun 2000. Kala itu, BUMI menerbitkan saham baru (rights issue) sebanyak 18,61 miliar. Aksi ini menimbulkan efek dilusi hingga 95,92%. Bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) adalah Long Haul Holdings Ltd.

Aksi itu ternyata sepi peminat. Saham baru BUMI hanya terjual 100 saham. Konsekuensinya, Long Haul memborong 14,34 miliar saham senilai Rp 7,17 triliun. Sedangkan sisanya diambil Minarak Labuan Co. Ltd sebesar 4,27 miliar dengan nilai Rp 2,13 triliun. BUMI pun mendapat dana dari rights issue sebesar Rp 9,31 triliun.

Namun, dari jumlah itu, BUMI hanya menerima dana tunai Rp 60 miliar. Sebagian besarnya, Rp 9,25 triliun, berupa saham Gallo Oil. Usut punya usut, ternyata BUMI dan pemilik Gallo Oil, yakni Long Haul dan Minarak Labuan pada tanggal 21 Oktober 1999 telah menyepakati transaksi jual beli Gallo Oil. Kala itu, BUMI menerbitkan promissory note senilai Rp 9,25 triliun.

Alhasil, Long Haul per akhir Desember 2000 menjadi pemilik 73,01% saham BUMI. Sedangkan Minarak Labuan menggenggam 21,99% saham BUMI

Namun, nyatanya, aset yang dibiayai dari penerbitan saham baru itu juga belum membuahkan hasil.

Sementara itu, belakangan ini baru terkuak indentitas sebenarnya dari Long Haul Holdings Ltd yang ternyata juga adalah Grup Bakrie lewat kolaborasinya masuk Bumi Plc. Demikian juga dengan Minarak Labuan Co Ltd.

Dileep Srivastava yang coba dihubungi KONTAN terkait rencana BUMI atas Gallo Oil ke depan, tidak merespon.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe berpendapat, akuisisi Gallo Oil adalah kesalahan manajemen. Mereka membeli dengan dana yang sangat besar, yaitu dengan menerbitkan promissory note yang akhirnya dibayar dengan saham rights issue. "Kesalahan mendasar adalah ekspansi berlebihan dengan menggunakan utang," ujarnya. Rabu (14/11), saham BUMI bertahan di harga Rp 630.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×