Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan harga emas global diprediksi hanya sementara dan cenderung bergerak sideways hingga akhir tahun. Namun, tahun depan harga emas masih bisa berkilau seiring sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed) yang belum akan menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Mengutip Bloomberg pada perdagangan Kamis (12/12) pergerakan harga emas global di pasar Commodity Exchange (Comex) untuk kontrak perdagangan Februari 2020 tercatat menguat 0,26% ke level US$ 1.479 per ons troi.
Baca Juga: Setelah reksadana dan asuransi, Tanamduit akan menggarap bisnis jual beli emas
Kemarin (11/12), The menahan suku bunga acuan di kisaran 1,5% hingga 1,75%. Analis Maxco Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan suku bunga The Fed tetap melihat ekspektasi inflasi Negeri Paman Sam yang di level 2%.
"Dengan demikian, kami melihat peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya belum terlihat," jelas Suluh kepada Kontan.co.id, Kamis (12/12).
Pasca The Fed mengumumkan hasil rapat Federal Open Market Committe (FOMC), pergerakan harga emas global cenderung positif. Suluh mengungkapkan kenaikan harga emas global sempat mendekati 1% dan saat ini bertengger di kisaran US$ 1.475 per ons troi.
Hingga akhir tahun ini, pergerakan harga emas diperkirakan masih terbatas dan berada di bawah US$ 1.500 per ons troi. "Hingga akhir tahun, emas kelihatannya masih di bawah US$ 1.500 per ons troi dengan kecenderungan sideways di kisaran US$ 1.460 per ons troi hingga US$ 1480 per ons troi," ujarnya.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) mulai uji coba dry run di tambang emas Poboya
Untuk tahun depan, secara umum Suluh melihat ada peluang bagi harga emas tembus level US$ 1.500 per ons troi, dengan prediksi rentang harga di antara US$ 1.450 per ons troi hingga US$ 1.550 per ons troi. Namun, beberapa hal juga perlu diwaspadai sebagai sentimen yang bakal menekan harga emas.
Beberapa tantangan bagi kenaikan harga emas di tahun depan diantaranya masih terkait keberlanjutan drama perang dagang antara AS dengan China.
Selain itu, kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) di AS juga perlu menjadi perhatian lantaran bakal mempengaruhi pergerakan dollar AS. Artinya, secara tidak langsung pergerakan harga emas spot juga akan terpengaruh.
Tantangan selanjutnya, kondisi pertumbuhan ekonomi global yang belum dapat dipastikan akan tumbuh atau justru turun di tahun depan. Faktornya, kembali lagi pada perkembangan sentimen perang dagang.
Baca Juga: Wow, harga emas Antam melonjak Rp 6.000 pada Kamis (12/12)
"Beberapa hal lain, kemungkinan di tahun depan bakal menjadi kejutan dan menjadi booster bagi pergerakan harga emas, khususnya yang terkait geopolitik," kata Suluh.
Suluh sendiri masih sanksi apakah harga emas masih mampu tumbuh dua digit di tahun depan. Dia cenderung merekomendasikan investor untuk menunggu perkembangan sentimen perang dagang di AS dan China.
"Jika perjanjian fase pertama deal, biasanya harga emas akan turun dan saat itu bisa jual emas. Sebaliknya, jika masih belum jelas atau uncertainty maka pembelian emas bisa dilakukan saat ini," tandasnya.
Baca Juga: Harga emas bisa melaju ke level US$ 1.500 jika....
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News