kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Musim Rilis Laporan Keuangan, Analis Jagokan Saham Sektor Perbankan dan Komoditas


Rabu, 31 Juli 2024 / 22:30 WIB
Musim Rilis Laporan Keuangan, Analis Jagokan Saham Sektor Perbankan dan Komoditas
ILUSTRASI. Dalam dua pekan terakhir musim rilis laporan kinerja semester I 2024 tengah berlangsung.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dua pekan terakhir musim rilis laporan kinerja semester I 2024 tengah berlangsung. Sederet emiten blue chip juga telah merilis hasil kinerja sepanjang enam bulan pertama ini dengan hasil yang bervariasi.  

Pada semester I 2024 ini PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penurunan kinerja. Hal itu tercermin pada turunnya laba bersih sebesar 9,12% menjadi Rp 15,85 triliun jika dibandingkan secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 17,44 triliun. Penurunan laba bersih ini didorong dari melemahnya pendapatan ASII sebesar 1,49% menjadi Rp 159,96 triliun. 

Sementara kinerja PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) melesat di semester I 2024. AMMN meraup penjualan bersih sebesar US$ 1,54 miliar per Juni 2024. Raihan ini melesat 166,76% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari US$ 580,52 juta. Laba bersih AMMN melonjak 300,03% menjadi US$ 475,24 juta dari US$ 118,80 juta di semester I-2023.

Kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan pertumbuhan laba bersih 11,1% YoY menjadi Rp 26,9 triliun pada semester I 2024. BCA juga berhasil membukukan peningkatan total kredit sebesar 15,5% YoY menjadi Rp850 triliun per Juni 2024, berada di atas rata-rata industri. 

Selanjutnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang mencatatkan kinerja pendapatan dan laba bersih tak sejalan di semester I 2024. ANTM meraih laba bersih senilai Rp 1,55 triliun, turun 17,55% secara tahunan. Laba bersih ANTM menurun, ketika penjualan meningkat 7% dari sebelumnya Rp 21,66 triliun menjadi Rp 23,18 triliun pada semester I-2024. 

Lebih lanjut PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) di semester I 2024 mencatat pendapatan yang turun 6,04% secara tahunan menjadi Rp 18,65 triliun. AKRA juga meraih laba bersih senilai Rp 1 triliun pada semester I-2024, turun 2,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 1,03 triliun.

Baca Juga: UNVR dan BREN Turun Paling Dalam, Begini Kinerja 20 Saham Big Caps Sepanjang Juli

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat emiten-emiten LQ45 merilis kinerja yang bervasi di semester I 2024. Meski begitu, dia melihat sektor komoditas terlihat masih cukup konsisten dalam menciptakan kenaikan kinerja.

“Hal itu seiring dengan kenaikan sebagian besar komoditas khususnya pada logam global, selain itu juga sektor perbankan yang didorong oleh kenaikan tingkat penyaluran kredit baru,” kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Rabu (31/7).

Miftahul mencermati kinerja emiten-emiten blue chip ini sudah sejalan dengan pergerakan harga sahamnya. Meski begitu, kenaikan harga saham masih belum signifikan karena masih adanya outflow membuat market cenderung sideways.

“Tapi kami kira akan kembali menguat setelah sentimen ini mereda,” ujar dia.

Miftahul memperkirakan, saham komoditas logam masih memiliki prospek yang cukup menarik di paruh kedua tahun ini. Hal itu didorong  dengan masih tingginya harga komoditas logam global. Salah satunya adalah saham ANTM.

"ANTM juga akan memanfaatkan momentum ini dengan memaksimalkan produksi emas khususnya dari unit pertambangan emas di Jawa Barat dengan target penjualan emas di tahun 2024 sebesar 37 ton," ungkapnya.

Baca Juga: Intip Proyeksi dan Rekomendasi Saham di Bulan Kemerdekaan

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memperkirakan, sektor perbankan dan komoditas masih menjadi yang paling unggul. Dia menyebutkan, BBCA menjadi yang paling menarik pada sektor perbankan karena prospek yang masih menjanjikan. 

Sementara pada komoditas, Nico menyebutkan ANTM dan AMMN menjadi dua emiten yang paling menarik. Hal itu karena berkorelasi positif dengan harga emas yang cenderung meningkat.

"Tapi untuk AMMN ini perlu diwaspadai ya, karena secara harga sudah cukup tinggi," ucap dia.

Di sisi lain, Nico juga menilai sektor ritel masih cukup menarik meski ada pelemahan daya beli masyarakat. Menurut dia, MAPI dan ACES menjadi dua emiten yang menarik untuk dicermati. Hal itu karena MAPI secara diversifikasi bisnis cukup positif serta mengedepankan teknologi.

"Sementara ACES ini kan mengedepankan experience store ini menjadi salah satu langkah juga untuk menopang kinerja, selain itu juga gencar ekspansi keluar jawa dan tingkat same store sales growth (SSSG) masih sangat bagus," jelas Nico.

Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat 0,19% ke 7.255, Cek Saham Rekomendasi Analis untuk Kamis (1/8)

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy berpendapat, sektor ritel khususnya consumer goods masih memiliki prospek yang cukup menarik. Meski begitu untuk saat ini adanya pelemahan daya beli masyarakat masih menjadi tantangan.

"Yang tetap jadi paling menarik perbankan dan komoditas," ungkap Budi.

Budi melihat meski kinerja ASII mengalami penurunan di semester I 2024. Tetapi, saham ASII tergolong sudah cukup murah dengan PER 6,03 dan PBV 0,96 . Sementara kinerja BBCA menurutnya sudah jauh di atas ekspektasi hal itu yang menyebabkan BBCA masih diincar oleh para investor.

"Kalau UNVR saat ini mulai dijauhi investor ya," kata Budi.

Baca Juga: Net Buy Asing Rp 2,12 Triliun Saat IHSG Menguat Hari Ini (31/7)

Sementara Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta melihat, kinerja emiten-emiten yang tergabung pada LQ45 ini sudah tercermin pada kinerja sahamnya. Hal ini terlihat dari rebound IHSG dari kisaran level 6.700 menjadi posisi saat ini. 

Nafan juga melihat saat ini telah terjadi rotasi sektor yang menarik bagi para investor. Investor cenderung mengakumulasikan saham-saham berbasis infrastruktur, perindustrian, teknologi hingga properti. 

Dengan begitu Nafan merekomendasikan untuk accumulative buy pada ASII dengan target harga Rp 4.640-Rp 5.075, accumulative buy ANTM dengan target harga Rp 1.330-Rp 1.590, dan accumulative buy pada AKRA dengan target harga Rp 1.565-Rp 1.685. 

Sementara Miftahul merekomendasikan untuk trading buy pada ANTM dengan target harga Rp 1.400 dan hold ASII dengan target harga Rp 4.800. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×