Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen negatif masih terus menyelimuti harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Namun, hari raya Ramadan kerap menjadi sentimen positif yang mampu menyokong harga CPO seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara-negara Timur Tengah.
"Sejak Februari, permintaan CPO dari negara Timur Tengah sudah naik menjadi 41%, ada potensi harga bisa rebound menjelang awal Ramadan nanti," jelas Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures, Jumat (4/5).
Seperti yang diketahui, harga CPO belakangan terus mengalami tekanan. Turunnya ekspor negara-negara produsen seperti Malaysia dan Indonesia terjadi seiring berkurangnya permintaan dari India, Pakistan, dan Uni Eropa.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/5), harga CPO kontrak pengiriman Juni 2018 di Malaysia Derivatives Exchange menguat tipis 0,3% ke level RM 2.339 per metrik ton. Hari sebelumnya, harga CPO sempat terpuruk 1,31% ke level RM 2.332 per metrik ton, level terendah untuk kontrak aktif sejak Agustus 2016.
Namun, Deddy menjelaskan, penurunan harga CPO bisa cukup tertahan karena permintaan China yang masih menopang. Hingga Februari, permintaan CPO oleh China masih naik 6% dari 307.000 ton menjadi 326.000 ton.
Harga CPO, tambah Deddy, juga masih bisa mendapat sentimen positif dari hasil kesepakatan dagang antara AS dan China yang hingga akhir pekan lalu belum mencapai final. Sebagai salah satu negara pengimpor minyak kedelai yang besar dari AS, tidak tercapainya kesepakatan antara kedua negara bisa menjadi momentum bagus untuk harga CPO. "Jadi katalis positif buat CPO mengingat kebutuhan minyak nabati China yang masif," ujar Deddy.
Meski begitu, di tengah potensi sentimen pendukung tersebut, Deddy memperingatkan adanya kondisi produksi yang tinggi sepanjang tahun ini. Di Indonesia, produksi CPO diprediksi akan mengalami kenaikan menjadi 32 juta-34 juta ton dari tahun sebelumnya sebanyak 30 juta ton. Sementara, produksi CPO Malaysia juga diproyeksi akan bertambah dari 18 juta ton menjadi 20 juta ton sepanjang tahun ini.
"Dengan kondisi produksi yang meningkat, namun permintaan justru menurun sepanjang tahun, harga CPO masih cenderung bearish," imbuh Deddy.
Secara teknikal, ia menganalisis saat ini harga CPO masih bergulir di bawah garis moving average (MA) 50, 100, maupun 200. Indikator stochastic berada di level 10 di area oversold, sehingga ada potensi harga berpotensi rebound. Namun, indikator RSI berada di level 46 dan indikator MACD masih ada di zona negatif yang mengindikasikan harga masih melemah.
Untuk Senin (7/5), Deddy memproyeksi harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.330 - RM 2.340. Sementara, sepekan ke depan, ia melihat harga akan berada dalam rentang RM 2.280 - RM 2.400 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News